Monday, April 30, 2007

tentang berjalan kaki

sebenarnya sudah lama saya impikan tentang sebuah perjalanan yang memang benar benar perjalanan. meski tak jarang, setiap waktu senggang saya lakukan, tetap saja ada yang kurang. entah karena seringkali ketiduran di kendaraan umum sehingga melewatkan banyak hal, atau karena malas, mencari hal yang nyaman. memilih jalan2 dengan teman, dan lagilagi, melewatkan banyak hal karena keseringan sepanjang perjalanan dihabiskan dengan canda tawa saling cela. saya rindukan perjalanan yang benar benar perjalanan. mungkin seperti gelandangan, tanpa tujuan, dan spontan.

dan pejalanan sabtu kemarin benar benar tak direncana. spontan. bisa dibilang adalah pilihan yang jatuh karena keadaan. setelah keluar dari toko buku toga mas, uang yang tersisa hanya tinggal delapan belas ribu rupiah. mau naik taksi, jelas tak cukup. ingin naek angkutan umum, ragu. apalagi selama beberapa saat saya terdiam sambil memikirkan, tak satupun angkutan yang lewat. yah, di bali, angkutan umum sangat jarang. dan disini, memiliki kendaraan pribadi sudah menjadi sebuah keharusan. tak heran jika dijumpai satu rumah lebih dari 2 kendaraan. entah hal ini yang menyebabkan angkutan umum jarang, atau justru jarangnya angkutan umum menyebabkan kendaraan pribadi adalah keharusan. hal itu seperti tanya, telur dan ayam, mana yang duluan. begitulah, akhirnya saya memilih berjalan. tanpa tujuan. sempat terpikir, saya akan ke renon saja, lalu disambung dengan angkutan umum untuk mencapai gramedia. ah, tapi di renon angkutan umumpun tak tentu ada. jadilah saya ke arah yang berlawanan, menuju taman kota, puputan.

toga mas - taman kota. dua duanya terletak di jalan yang sama, hayam wuruk. tak jauhlah, pikir saya. dan mulailah saya melangkahkan kaki dengan congkaknya. tak jauh. lagipula, masa seh saya tak mampu. tak lama berjalan saya berhenti di toko dua puluh empat jam, membeli minuman. aha, meski congkak, sepertinya dari awal saya sudah meragukan kemampuan saya sendiri. tak yakin bertahan tanpa minuman. lalu beberapa langkah lagi, saya menemukan mesin atm. saya berhenti dan mengambil beberapa lembar uang lima puluhan. aha lagi, sepertinya saya semakin menghawatirkan diri saya. kalau tak kuat, tinggal stop taksi saja.

dan susahnya mendisiplinkan diri sendiri. langkah congkak saat pertama melangkah tergantikan oleh langkah2 pendek dan rendah, sehingga seringkali saya tersandung. ternyata toga mas - taman kota tak sedekat saya bayangkan. biasanya saya tempuh selama kurang dari sepuluh menit dengan naik motor. hari itu saya menempuhnya untuk satu jam lebih. sempat terbersit untuk menghentikan taksi atau angkutan umum yang mulai terlihat, tapi saya ingin menyelesaikan apa yang telah saya mulai.

perjalanan itu membuat saya sadar akan banyak hal. betapa jarak mampu mengempaskan kesombongan. mengikis semangat, bahkan tak jarang membuat putus asa. kalimat masih jauh, diganti dnegan sedikit lagi sampai. penghiburan untuk diri sendiri.

berlangkahlangkah sudah saya lewati, parfum escada yang saya semprotkan pagi hari, sudah tergantikan peluh dan keringat yang mengucur deras. bagaimana tidak jika itu pas tengah hari. tapi tetap, saya harus menyelesaikan perjalanan ini. lagipula, dnegan berjalan kaki saya jadi punya banyak waktu untuk mencatat hal hal yang selama ini terlewat. saya masih sempat tersenyum pada nenek pencari daun untuk dibuat sembahyang, atau mendelik pada anak kecil yang memandang saya penuh keheranan. tak jarang juga saya dibuat jengkel, karena beberapa pengendara motor membunyikan klaksonnya, bahkan ada yang berani menggoda. ah ya, disini pejalan kakipun jarang, apalagi wanita sendirian. benar benar kurang kerjan. mungkin itu yang mereka pikirkan.

berjalan kaki juga membuat saya menjadi lebih sentimentil. saya cepat merasa iba, pada bapak bapak penarik gerobak dengan muatan kasur kapuk penuh, atau pada ibu ibu penjual kue dengan keranjang yang disungginya. lalu saya mulai membandingkan diri dengan mereka. jelas saya tak seperti mereka, hanya berjalan membawa diri saja. begitulah, mungkin perasaan itu bisa jadi bukan karena saya simpati, tapi karena saya sedang mengasihani diri sendiri. padahal, bukankan saya lebih beruntung, berjalan kaki karena sebuah pilihan, bukan sebuah keharusan. apakah harus sama, baru bisa peduli?

dan berjalan sendirian, tanpa seorangpun mengenali mebuat saya semakin tak bernyali. ini hanya denpasar, satu kota yang telah sembilan tahun saya tempati. ini hanya hayam wuruk, satu jalan yang sudah lumayan saya akrabi. dengan di sekitar situ, banyak orang saya kenali. tapi kemarin, tak satupun orang mengenali saya. tak satupun orang menyapa saya. ah, betap luasnya dunia. dan saya, hanya seperti debu diantara lautan pasir. bukan siapa siapa.

setelah satu jam lebih, sampailah saya di taman kota. tak terhitung berapa kali saya melewati tempat ini, tapi tak lebih dari 3 kali saya singgahi. saya terduduk lemas. ini bukan pertama kali saya berjalan kaki. dulu, sering pada akhir pekan saya sengaja menginap di kuta, yang hanya tak lebih dari sepuluh kilometer dari tempat saya tinggal, dan berjalan kaki malam hari. menghibur diri. dengan deretan kafe dan club serta artshop untuk berhenti. tapi tidak pada perjalanan kali ini. satu hal lagi saya sadari, betapa timpangnya dunia yang saya huni.

Friday, April 27, 2007

tentang pikir(k)an

mungkin memang masalah tak sepelik ketika di pikir(k)an.


tapi, cukupkah rangkaian huruf menerjemahkan rasa dan tanya?

Tuesday, April 24, 2007

tentang hilang

maaf, dunia sedang menenggelamkan saya. untuk berpegang pada hal terpenting pun saya sedang tidak bisa. saya hilang diri. bahkan seseorang mengatakan saya sudah mulai gila. tapi tak mengapa. saya tau ini hanyalah titik rendah sebuah gelombang, dan tak menutup kemungkinan saya akan terpental jauh. tinggi. lagi.

I've had enough, of this parade.
I'm thinking of, the words to say.
We open up, unfinished parts,
Broken up, its so mellow.

And when I see you then I know it will be next to me
And when I need you then I know you will be there with me
Ill never leave you...
**travis ~ closer

Thursday, April 19, 2007

tentang kesetaraan

emansipasi bukan soalan kesetaraan gender. ini hanyalah tentang persamaan hak, bukan kewajiban.


13 april 2007.

Wednesday, April 18, 2007

tentang kemenangan

iyah, mungkin krn dunia tetap segitu saja dengan penduduk yang makin berlipat jumlahnya, jadi tiap orang berebut untuk mendapatkan tempat dan kedudukan. melebihi yang lainnya.


dan segala perdebatan sepertinya menjadi konyol. tak lagi berdiskusi untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar, meskipun tidak ada kebenaran dan kesalahan yang absolut. tapi tetap saja semua ini semakin memuakkan ketika yang diperebutkan adalah kedudukan. superiority.

bukankah lamalama ini semua tak lebih dari sebuah rimba? ketika yang kuat menguasai yang lainnya. tak usah lagi perlukan identitas, tak penting. tanggalkan saja ideologi, dan biarkan smeua terbeli oleh popularitas. berasa hebat untuk membabat. numerologi. kuantitas. dan buang saja kualitas serta atribut jati diri.

ketiga egoisme dan keakuan menutup mata dan telinga. padahal, apa artinya orang katakan hebat, jika diri sendiri tak merasainya?

Monday, April 16, 2007

tentang kepemilikan

kata siapa cinta itu membebaskan hah? hah? hah?

sebenarnya ingin kukutuk saja orang yang telah menyebarkan kalimat itu, terlebih lagi yang menelannya mentah2 dan akhirnya malah menyebarkannya sedemikian rupa. masalahnya, jangankan kutahu siapa orangnya, siapa yang terakhir kali mengatakannyapun aku tak ingat. atau jangan2 justru akulah sendiri yang menyebarkan kata2 menyesatkan itu. kalaupun iya, tentu saja karena pengamatan nan subjective atas beberapa kejadian. dan pencontekan serta pengutipan disana sini. siyallah dunia yang penuh dengan pengulangan dan peniruan ini.

ah, ya. kembali ke soalan kepemilikan. belakangan aku resah. resah segelisah gelisahnya. berapa kali kucoba untuk berdamai dengan hati, dan mencoba untuk meresapi arti kata itu berkali kali, tapi tak pernah sekalipun aku pahami. yang ada aku semakin tak tahu diri. temenku bilang, aku mungkin hilang akal. tapi tidak, kusanggah kata2 itu. apa? hilang akal? yang benar saja berkata, hah? apa aku yang masih mampu berfikir cerdas ini kaw kata hilang akal? tidak. aku tau aku berakal. gila saja mengatakan hilang akal, bukankah seburuk apapun aku masih juga berakal? seperti dirinya, karena itulah kita bernama manusia.

setidaknya itulah yang masih kumiliki. akal. pikiran. selebihnya, tidak ada. bahkan akupun seperti tak memiliki diri sendiri. yah, tak memiliki arti. apa namanya jika semua yang kumiliki, setidaknya aku merasa memiliki, justru disatu waktu aku tau keberadaannya tak lagi punyaku? kepemilikanku terenggut, oleh apa yang aku miliki. masih ingat ketika aku katakan, soal temanku tadi. ya, aku menyebutnya temanku. teman-ku. ironis. sedang bisa saja diapun menyebutku, temannya. teman-nya. seperti aku yang menyebutnya temanku, merebut kepemilikannya atas dirinya dan memindahtangankan ke aku, seketika itu pulalah, kepemilikanku akan diri sendiri lenyap. hilang.

bukankah memang demikian hukum yang berlaku di rimba manusia ini. hukum timbal balik. balas budi. take and give. memang sudah seyogyanya demikian. dan semakin banyak yang aku rasa miliki, semakin aku tak memiliki apapun. mereka merenggut smua yang ada di diriku, setiap jengkal tempat yang kusediakan untuk mereka,dan akhirnya tak menyisakan apapun untuk diriku sendiri. nihil. dan semua ini seperti perjara atas nama toleransi.

iya. karena ketika ngerasa memiliki dunia, dunia akan memiliki kita.

Friday, April 13, 2007

tentang kerinduan

: ini adalah tentang, suatu masa yang tak mungkin terkembalikan.

hari ini aku menggila. berbaris baris kata termuntahkan dari kepala tanpa aku mampu menghentikannya. tapi tetap saja, segala tanya tak berhenti sudah, jusru semakin berlari liar kurang ajar. menusuk nusuk setiap lubang yang masih tersisa dan menyumbatnya sedemikian rupa. menyumbat dengan tanya yang hanya semakin menyisakan lubang menganga. dan deretan huruf tak sabar untuk dituliskan, yang ada hanya menyisayakan ingatan yang timbul tenggelam.

lalu kukatakan pada temanku, mungkin aku sedang hilang diri. kebingungan menggenggam akal dan tak tau musti kemana harus berlari. ah, bukan berlari. bahkan akupun tak tau apa yang harus aku lakukan. lalu temanku itu terbahak lebar ketika kutanyakan, apa yang harus aku lakukan? katanya, itu adalah pertanyaan bodoh sepanjang sekian masa dia mengenalku. bodoh, ya memang aku bodoh.

aku ingin merindu tapi entah siapa yang bisa kurindu. sedang aku tau pasti, merindu tanpa bisa bertemu itu seperti sajak yang pernah kukirmkan ke seorang teman beberapa hari lalu,

an,
sebenarnya sudah kujaringkan tetestetes hujan yang jatuh barusan
tapi enggan kukirimkan
bukan karena ku tak tahu apa itu kerinduan
tapi terlalu menyakitkan, jika tak bisa melihatnya sebagai kenyataan

mungkin seperti kenangan
yang memenuhi ruangruang sempit pikiran
segaris tipis berbatas harapan
seperti jatuhnya hujan, pada tanah becek, menit kesekian.


seperti itulah merindu. seperti ketika kukhayalkan masa kecilku. dengan ibu cantik dan kakakkakak perempuan yang menawan, sedang aku merasa seperti itik buruk rupa. kuingin menggulung waktu, menelan menitmenit dalam sekali tegukan, karena kutahu, perempuan ketika menjadi dewasa, pastilah akan mempesona. tapi ternyata semua tak seindah ketika aku menghayalkan seorang pangeran tampan tak lagi berkuda datang dengan sebuah kecupan. yang ada, semakin lama sebuah perjalanan, semakin banyak goresan dan luka yang tertorehkan. entah akhirnya tenggelam oleh keadaan, atau menyisakan bekas untuk dikenang sebagai ingatan. dan kini ingin kurindukan, sebuah kepolosan.

aku juga sedang galau. berbalik balik lewat tengah malam tapi tak sedetikpun mata terpejam. lalu kududuk lagi, menyeduh secangkir kopi. kopi membuatku hangat. seperti menuangkan rentetan kejadian ke selembar slide show, dimana aku terduduk diam di kursi penonton. setidaknya itulah aroma kopi. mengingatkanku akan si ini yang suka kopi begini, si itu dnegan racikan kopi begitu, dan si anu, yang entahk tak lagi kutau dimana dirimu. dan sepengal sepotong wajah hanya datang dan berlalu.

lalu pikiran melayang ke seorang teman. yang berjanji membelikanku seperangkat alat telepati, tapi bisakah itu membayar rindu yang telah kukirimkan untuk setiap inchi. ah, inginku hanya tinggal serupa ingin. seperti ketika ku ingin kayuh sepeda tua bapakku menyusuri pinggiran sawah yang tak jarang membuatku terjerembab pada tanah becek parit padi karena sepeda itu terlalu tinggi. seperti ingin aku bisa berlari meninggalkan sebuah kesenangan yang seperti jeruji mengungkungku lebih tinggi. tak ada yang salah, hanya kadang seirngkali aku merasa tak seharusnya aku disini. seperti inginku pulang pada tanah kelahiran, bercengkerama sore hari dengan berteman pisang rebus dan mesra senyuman yang tak terkatakan. aku rindukan kenangan.

Sunday, April 08, 2007

tentang nikmat semata

dan beginilah jika kebosanan tenggelam oleh kesenangan kesenangan, mungkin tak berlangsung lama, tapi setidaknya telah mengentaskan otak dari rutinitas yang membuat semua nikmat menjadi hal yang biasa saja.

jatiluwih, tabanan. jumat paskah. dan selamat hari raya paskah untuk yang merayakan ;)


sungai ayung, rafting. sabtu.


menapaki kenangan. minggu.


kediri, tabanan.


halhal sederhana,


dan orang orang yang membuat segalanya menjadi lebih indah.


**hey, thanks for the trip, guys!!

Thursday, April 05, 2007

tentang pesan tertinggal

hari - hari yang panjang, dan sepertinya memang tahun ini saya akan memerlukan lebih banyak energi untuk meloncat loncat, mengesampingkan fakta bahwa semakin tahun saya semakin menua. yah, kita kesampingkan saja usia. seperti pertanyaan seorang teman, tidakkah tua terlalu menyeramkan?

sebenarnya banyak yang rencananya saya lakukan bulan ini. tidak hanya bulan ini mungkin, karena saya merasa saya ini pemalas periodik. hanya dalam batasan waktu saya akan lelah dan lalu akan sangat merindukan tempat aman. tapi itupun tak akan bertahan lama, karena lama sedikit sudah membuat saya bosan, lalu meloncat loncat lagi, sampai saya lelah, dan begitu terus selama saya muda, berulang ulang. makanya tak jarang saya mengeluhkan hal yang sama, lalu sampai dengan muncul satu ultimatum. menikah saja. hahaha. sepertinya penyelesaian yang akan menyenangkan banyak pihak bukan? saya kira begitu. tapi nantilah saya pikirkan hal itu. bukankah saya katakan saya ini pemalas periodik? saya malas memikirkan tentang pernikahan yang mulai annoying di telinga saya, dan lebih suka untuk meloncat loncat lagi.

sebenarnya yang saya maksudkan pada postingan saya sebelumnya, dan sering saya katakan pada beberapa teman. bulan ini saya ingin pindahan. lagi. pertama pindah tempat tinggal, mencari "rumah". dan kedua pindahan blog. untuk hal pertama beres. sebelumnya saya sudah nyicil bersihin tempat baru, saya cat ndiri *oppps..berdua ding, dibantu dengan keponakan saya benernya*, dan sekarang sudah saya tempati. sudah lumayan tenang. untuk tempat tinggal bujang yang menggunakan kamar hanya untuk tidur, sepertinya persiapan saya terlalu berlebihan. saya cerewet memilih perabot, jadi kamar saya hanya terdiri dari tembok berwarna putih, lemari berwarna coklat, prangkat2 laen termasuk rak buku berwarna hitam, dan nuansa ijo. lumayan melelahkan. bahkan saya sempat stress dan tepar ketika memikirkannya. hehe. sapa bilang saya tough? *lirik gita*

nah, untuk pindahan yang kedua, sepertinya harus ditunda. maklum, pria sepertinya salah timing. dan ketika deadline sudah deket, yang ada berbenturan ma deadline kerjaan di kantornya. jadilah masih berantakan dan belum fixed. sayang sih sebenarnya klo dipikir2. itu domain sudah dibeli dari november lalu, dan baru difungsikan sekarang. ugh. jadi sptnya untuk yang ini saya masih harus bersabar, atau memikirkan ulang apa yang seharusnya saya lakukan.

belum lagi insiden semalam. saya, pria dan dua orang teman membunuh waktu sambil berbincang2 di salah satu mall. dikarenakan adanya urusan yang harus saya kerjakan, jadilah saya dan pria pamit duluan. dasar ceroboh, maka tas beserta isinya tertinggal di lapangan parkir. yeap, lapangan parkir. dan ini bukan pertama kalinya. dulu handphone, dan sekarag laptop, kabel data, bla bla bla. sebenarnya sudah pasrah, abis mo gimana lagi. yang disayangkan adalah data2 di dalamnya, krn disitu ada draft tulisan saya untuk buku-yang-entah-kapan-jadinya, hehe. eh, setelah kita obrak2 parkir, dan investigasi satpam bla bla bla hampri setengah jam, dan mulai berusaha untuk semakin mengikhlaskan hilangnya barang *suer, ikhlas itu susah.. :(*, akhirnya dengan lemah lunglai pulang saya mampir ke kost temen yang tadi pergi barengan. dan entah apalagi namanya klo tidak tuhan sayang sama kami, ternyata temen tersebutlah yang memungut laptop yang ketinggalan di motor entah siapa. fewh, lega. inilah salah satu yang membuat saya betah tinggal di bali. 30 menit berselang, dan tas itu masih aman di tempatnya. yeah, benar memang. saya tak pernah tau rasanya kehilangan, sampai hal tersebut benar benar ilang.

dan sebentar lagi long weekend. hari ini hari terakhir kerja, dan banyak yang harus diselesaikan. tapi kenapa saya malah posting? hehe, tentu saja karena saya ini pemalas. bukannya cepat2 selesaikan perkerjaan, saya malah bersantai dnegan dengerin satu album keane pertama dan lifehouse yang dulu kiriman seseorang. ah, jadi rindu. kadang kalau dipikir, tak bisakah kata meninggalkan dan ditinggalkan dihapuskan? terlalu menyakitkan. seseorang datang, dan pergi. mungkin urusan tak harus diperpanjang, jika saja tak meninggalkan kenangan.

tak sabar untuk segera liburan. besok saya ingin mengukur jalan. saya ingin jalan yang jauh. jauh. jauh. ayo teman, siapkan bekal perjalanan. kosongkan ransel dari katakata dan segala tanya. tinggalkan tanya kenapa strawberry berwarna merah, dan rindu berwarna abuabu. kita akan isikan peta, dan seluang pikiran untuk menerima nikmat yang tertangkap mata. tak usahlah berbekal makanan, karena sepertinya kita tak kan kelaparan. bukankah cukup dengan kerinduan yang terbalaskan ?

Monday, April 02, 2007

tentang persinggahan

aku jadi ingat pembicaraan kita kapan hari lalu, bersaing suara dengan deru kendaraan di seputaran teuku umar. dan lampu jalan yang menerangi remang. mungkin sama seperti kaburnya kata kataku, karena alasankupun tak pernah aku tau.

bermula dari rasa kebosanan yang teramat sangat bosan, membuatku terpuruk ke tanah ini. apalagi kalau bukan keras kepala yang seringkali membuatku lupa diri. tapi kadang aku merindukan momen itu, ketika energi masih cukup untuk terus berlari. 15 tahun, dan aku sudah bisa melarikan diri, tak sangka itu adalah satu gerak membentuk nasibku sendiri. tak bermodal apapun selain keberanian, hm..atau lebih tepatnya modal nekad. karena tentu saja saat itu jujur aku merasakan ketakutan, apalagi ini pertama kalinya aku merasakan perjalanan yang jauh, dan lama. jangankan naek pesawat, untuk membiayai perjalananku dari satu bus ke bus lainnya pun aku masih ngutang. dan muka terlalu malu, untuk minta dibantu. bagaimana bisa aku meminta restu, sedang aku sudah menutup erat telingaku. asal ibu dan bapakku sudah mengiyakan egoku, tak lagi aku merasa yang laen perlu.

aku masih bisa merasakan debar yang sama ketika pertama kali bus yang membawaku menjauh dari kampung halaman. pun aku masih bisa merasakan bau solar atau entah, ketika kulangkahkan kaki pada dek kapal yang membuatku merasa sendiri. perasaan yang akhirnya sekian tahun kedepan semakin kuakrabi. hiruk pikuk manusia seperti sebuah piala bergilir yang datang silih berganti. satu babak, terhapuskan jejak.

dan kini, itu adalah hampir sembilan tahun silam. entah berapa nama yang aku lupakan. entah berapa kenangan yang aku goreskan. dan berapa kali sudah satu momen aku tinggalkan. satu tanjakan, satu tikungan, dan berulang ulang. tapi sebagian berkata, disitulah hidup terasa menyenangkan, ketika kita tak hanya bergerak dalam diam. ketika kita bisa melompat, berlari, atau justru tertunduk lesu karena kelelahan. siapa kata, pengulangan hanya mematikan rasa. aku masih merasakan debar yang sama, seperti sebelumsebelumnya, ketika kemarin, langkahku lagilagi membawaku pergi. dari satu persinggahan, ke persinggahan selanjutnya. dan ketika semua usai, lelah terhapus oleh kejutan.

dan pagi ini, seorang teman mengirimkan pesan. entah kebetulan, atau memang sudah digariskan.

dewi k. rahmayanti. you are often accused of being non-conformist and dreamers. You like wearing strange clothes and avoid doing what most other people do. Criticized for being medical, your fight for being goals and have trouble understanding conservative ideas. You are deep and philosophical, and because of this, have trouble getting to know people.