Thursday, May 31, 2007

tentang kesendirian

We all need solitude sometimes.

mungkin seandainya aku bisa mengatakannya lebih awal. jauh sebelum semuanya menjadi buram dan kabur, hingga akhirnya lenyap, tak menyisakan apapun.

jadi, tak sempat ada kemarahan, tak sempat ada kesalahpahamn. kita bisa belajar, bahwa sebenarnya kita ini adalah individu lepas dengan sayap sayap luas. kita bisa saling menghargai kebebasan, atas kepemilikan. aku bukan milikmu, pun kamu bukan milikku. hanya saja kita berdua sedang berbagi dunia. sedang berbagi cinta yang maha luasnya. disitu tak hanya kita, malainkan ada aku, dan kamu.

sehingga pula, aku bisa meredam emosi. bukan aku tak mempedulikanmu, bukan pula aku sudah bosan padamu. bukan sebuah kebencian, atau aku tak lagi menyayangimu. pernahkah kukatakan padamu, terkadang, keberadaanmu telah menyerap habis seluruh hal yang ada di sekelilingku. kamu sita udara yang seharusnya untuk kita, dan tibatiba, aku hanya tahu aku akan merasa sesak, dan tak lagi mampu untuk bernafas. lalu segala sesuatu menjadi gelap. tak lagi aku bisa melihat, siapa dan apa yang salah dari semuanya. lalu aku mulai untuk berteriak membabi buta. dan begitulah semuanya.

seharusnya tak kusalahkan smua padamu, pada keberadaanmu. karena rasa memang tak pernah salah. lalu, pada siapa kukeluhkan, untuk posesif yang mengatasnamakan rasa?

**ingatan akan masa silam, yang datang belakangan.

Tuesday, May 29, 2007

tentang bertahan muda

saya rindu menulis. menulis yang benar benar menulis. tidak karena saya diharuskan menulis, atau tidak karena saya memaksa diri saya untuk menulis. iyah, menulis, begitu saja.

dan tadi, saya kembali membuka arsip arsip tulisan lama, dan perasaan hangat kembali menyapa saya. hangat. ketika saya memutar ingatan pada saat kejadian saya tuliskan, perasaan itu muncul begitu saja. lalu saya teringat akan hal ini, akan hal itu. saya teringat perasaan saya. dan bahkan tidak jarang saya juga menyadari kenorakan kenorakan saya. tidak, saya tidak menyesalinya. saya bahagia atas kenangan yang tercatatkan, apapun dan bagaimanapun bentuknya.

kembali ke soalan menulis. hidup sedang berbaik baik pada saya belakangan ini. saya disibukkan oleh hal hal yang harus saya kerjakan, berkejaran dengan deadline, dan sibuk menjalankan fungsi saya sebagi pelayan, meski diantaranya menyebutnya profesionalisme. saya sering menghabiskan waktu dengan orang orang yang saya kasihi, dan tidak ada kendala apapun selain kelelahan fisik yang kadang membuat saya terjatuh lelap di sisa waktu yang saya miliki. yah, hampir tak ada yang bisa saya keluhkan. dan begitulah saya mulai jarang menulis.

tak ada yang dikeluhkan. tak ada yang dituliskan. dan perlahan, tak ada yang dipikirkan. awalnya tak pernah menjadi masalah, sampai akhirnya saya mulai merasa tak mengenali diri saya sendiri. saya seperti robot, yang digerakkan oleh kewajiban, bukan kemauan. sisisisi sensitif saya mulai tumpul, dan kekhawatiran saya perlahan hilang. hal inilah yang saya cemaskan, kehilangan kekhawatiran. karena disaat seperti itulah, kejatuhan tak ubahnya seperti sebuah kesenangan. lengah, hingga akhirnya kalah. tidak, saya bukan ingin menjadi pemenang atas sebuah pertarungan. saya ingin menjadi pejuang atas perjalanan. dan seperti yang sering saya katakan, saya ingin terus muda, dan mati muda. karena tantangan hanya untuk orang muda. selebihnya, mereka melihatnya sebagai suatu halangan.

dan terima kasih untuk catatan, yang ditemukan diantara tumpukan barang usang..

kutemukan hurufhuruf nama disamping peraduan
mungkin tertinggal, ketika mimpi terlelap menyelinap
berserak, acak tertelan rimbun kenyataan
mungkin juga ada, tapi tak pernah terbacakan
tak lagi bisa dipandang muram, bukankah ada milik ketiadaan
pun usia muda,
yang lenyap tergerus jaman.

Monday, May 28, 2007

tentang kebenaran

to : blablabla

instropeksi dan introspeksi. mana yang bener?

-sent-


saya, dan seorang teman yang kurang kerjaan. entah beberapa malam lalu, dihabiskan di sebuah emperan toko yang hampir rubuh sekitaran simpang siur. pada sebuah kedai yang menyerupai angkringan di jogja, tapi jangan harapkan akan mendapatkan harga semurah meriah angkringan, harga disini tak jauh beda dengan harga di restaurant, mungkin hanya selisih sekian rupiah. tapi untuk ukuran denpasar, harganya masih tergolong murah. dan yang lebih menyenangkan, suasana kekeluargaan angkringan masih terasa. duduk lesehan, obrolan, teman. lebih merakyat. *halah*

disini saya sering menghabiskan waktu duduk berjam jam. warung ini setau saya dulunya bernama punakawan, tapi setelah pindah berganti jadi superhero. entah kenapa, saya tak pernah iseng menanyakannya. mungkin karena semakin susahnya mendapat kostum petruk, gareng dll, dan lebih gampang mendapatkan kostum sipedrman, batman dan teman2nya yah? -oya, salah satu keunikannya, para waiter (mereka ga punya waitress), memakai kostum itu slama berjualan, sayang frekuansinya tidak sesering dulu- salah satu gejala semakin punahnya kekayaan bangsa?

dan begitulah malam itu. saya dan teman saya ini sengaja iseng, mengirimkan beberapa pesan pendek ke beberapa orang. iyah, selain iseng, sayapun jujur saja bingung. diantara keduanya, mana yang benar?

seringnya sebuah pilihan datang bersamaan dalam kemiripan. dan seringnya pula sebuah kebenaran dikaburkan.

**update: maaf, salah sebut lokasi. seharusnya simpang enam, bukan simpang siur. thanks yah, bo!!

Monday, May 21, 2007

tentang pelajaran hari ini

it's not a good thing to start a day.

pagi2 boss sudah histeris panik. heh? bahkan saya pun belum sempat sisiran ( yeap, dari bangun tidur sampai ke kantor saya belum sisiran!), harus angkat telp begini begono. nelpon indonesian embassy di singapore dan guess what, telepon operator rusak, disambungin kesana kemari, dan berujung dengan, i got nothing, nor any help. dang! itu embassy gitu loh. tapi secara ini adalah birokrasi negara indonesia, what more can you expect?

bolak balik urusin hotel - embassy - annoying client, done. dengan tanpa saya dikenakan any cancellation fee seharga ribuan dollar itu.

dan ga lama kemudian, another case happen. another annoying client, mengulur ulur pembayaran. dan saya sudah seperti debt colletor saja, kesana kemari nagih uang yang tidak seberapa itu. tidak seberapa, selain seharga kredibilitas saya. dan berujung pada, can do nothing but waiting.

sudah saya bilang saya benci menunggu?

begitulah. satu hari belum berakhir, dan saya, masih harus mengerahkan seluruh kemampuan saya, waktu, dan harga diri. dan tiba2 saya membenci diri sendiri. saya benci jual diri.

Friday, May 18, 2007

tentang prasangka

[aku mau ning st. hall ketemu karo mbah sing mbok sangoni mulih ning solo. lagi ngurus taspen-ne, lan wes cair. dhek e nitip salam jarene, tapi ojo salam balik yho, keretane simbah e wes brangkat soale.]

**sms dari keponakan beberapa hari lalu.


dan saya jadi semakin merasa bersalah, sudah berprasangka pada seorang nenek tua di salah satu kota pada suatu cerita. ah ya, sepertinya jaman sudah tak lagi sama. dan ternyata memang, saya satu dari sekian orang yang sudah mengalami krisis kepercayaan kronis.

Tuesday, May 15, 2007

tentang kebersamaan

pertanyaan kamu beberapa hari lalu seperti mengingatkanku akan sesuatu. yah, dimana biasanya aku menghabiskan waktu. kadang kalimat itu lucu. menghabiskan. seolah olah aku mempunyai banyak waktu luang. padahal seringkali aku merasa 24 jam selalu saja kurang. dan hari berakhir dnegan, ughh.. aku belum menyelesaikan ini, aku belum kelarin itu. 8 jam sehari sepertinya terlalu banyak direnggut untuk kemerdekan finansialku akhir bulan. tak pernah berhenti mengutuk, tapi tetap saja, setiap hari akan berulang hal yang sama. bekerja sudah menjadi candu. dan setelahnya, aku kebingungan, satu hari tak pernah cukup untuk sebuah kesenangan.

dan pembicaraan kmaren, membuatku rindu momen itu. aku merindukan temanku. temantemanku. orang orang yang wajahnya pernah datang, dan pergi dnegan meninggalkan kesan. dan betapa seringnya sebuah perpisahan tak berakhir menyenangkan. iyah, hidup hanyalah sebuhh rangkaian pertemuan dan perpisahan, tanpa satupun hal kekal di dalamnya. karena itulah mungkin dinamakan hidup, karena tak pernah ada yang sama dalam waktu yang lama. dan kita akan selalu akan belajar darinya.

betapa banyak ruang pikiran yang kusisakan untuk mengabadikan orang orang yang pernah melintasi perjalanan berbarengan. pada malammalam menjelang pagi, dengan bergelas gelas kopi. aku suka kopi, dan dia suka bir. aku suka sampoerna amild, dan dia suka surya enambelas. aku suka brownies, dan dia suka keripik kentang. pun ketika aku suka supernova, dia selalu menggembor gemborkan nietzche. lalu pembicaraan pun tak pernah jauh dari, apa yang kamu kerjaan, bagaimana hidup, apa kabar patah hati, dan bagaimana dunia. lalu kami saling memperdebatkan idealisme, tertawakan aku yang masih tersnagkut benang masa lalu, dan kutertawakan dia yang masih saja mengejar cinta serupa fatamorgana. aku tak pernah tau, pacarnya selalu cemburu. tentu saja, aku tak salahkan, bila pada akhirnya dia memilih sang terkasih, dan membentang jarak pada persahabatan yang ada.

pada seseorang yang lain. ya, bisa kukata, kudekat pada beberapa orang saja, tak lebih dari sepuluh jadi seumur hidupku. padanya yang sungguh berbeda. tak lagi kira berbicara tentang idealisme. tak lagi ada malam malam panjang sampai pagi datang. tak ada lagi obrolan obrolan seram dengan istilah istilah yang disebuat sebagai kekerenan, meski tentu saja tak semua kami paham. dengannya aku hanya berbagi telinga. tak ada lesehan, karena seringkali kami memilih duduk di gerai makanan siap saji. tak ada bir, karena dia selalu memilih coklat panas. dan lalu, tak ada aku, tak ada dia, karena pada akhirnya kita memilih jalan yang berbeda. dan lagi lagi, persahabatan lalu ditinggalkan begitu saja.

dan kini aku dan kamu. kita seperti sedang merangkai cerita baru. disini, garis kehidupan kita sudah dipertemukan. jangan tanya kenapa tidak dari dulu, karena memang tidak ada hak untuk bertanya kenapa atas apa yang diluar batas otoritas kita. untuk kesenangan dan kebebasan atas apa yang yang kita punya, marilah kita berdansa. sebelum akhirnya semua tak lagi sama.

Oh my friend
We have spent
So much time looking for someone to blame
Cause were the same
The jealous games
Take up time we could spend on other things

Oh my friend
If it ends
Let us go and then not look back again
We can't be
You and me
Taken' ourselves much too seriously

Oh my friend
We should spend
Some more time looking from the other end
Cause we would see
So clearly
We'd blame ourselves as much as we'd blame weed
We'd blame ourselves as much as we'd blame weed
We'd blame ourselves

**Travis ~ Out In Space

Monday, May 14, 2007

tentang bulan kejadian

mei.

ini seperti bulan dimana semua cerita dirangkaikan. beberapa diantaranya seperti kisah kepahlawanan, dan sebagian adalah kegetiran. kadang, tak tersisa lagi sebuah kepercayaan.

sudah sebeginikah perubahan jaman? dan aku, seperti manusia kenangan, yang hidup dari masa silam. mengenang kejayaan kejayaan cerita yang mungkin saja tak lebih dari kebohongan atau ingatan tentang masa keemasan.

katakanlah soalan awal bulan. satu mei. ratusan bahkan ribuan buruh turun ke jalan. dan mulai meneriakkan teriakan soal perbaikan. hey, aku tau. ini hari kalian. tapi, tak bisakah membuat lebih bermakna, dari sekedar pawai di jalanan? seharusnya, ini bukan tuntutan atas berapa nominal yang harus di bayarkan. bukan soal ganti rugi atas terenggutnya sekian jam untuk sebuah kewajiban. bukan pula libur bersama yang bisa membayarkan kesenangan. ini adalah perjuangan, untuk sebuah kebebasan. kemerdekaan, tanpa sebuah tekanan.

dan kini. seperti memutar slide show sebuah pertunjukkan. lagi lagi keadilan diteriakkan. penghukuman atas sebuah kekerasan. yang jadi pertanyaan, pada siapa itu semua diteriakkan. sedang sistem sudah tak lagi punya telinga untuk mendengarkan. hm, jangankan telinga, kesediaan ataupun usaha juga sudah tak punya. dan kita terbiasa hidup di negeri segala lupa. mengulang ulang sejarah. satu peristiwa terjadi, terabaikan, lalu kembali dilakukan. kekejian hanya sebatas detik yang terlewatkan. apabila detik tersebut sudah menjelma menjadi jam, hari, lalu tahun, maka semua tak lagi mempunyai makna. seperti mimpi yang terabaikan, lalu perlahan kita terlupa. mungkin segelintir masih saja menuntut penyelesaian, tapi jarang yang mempertanyakan tanya. kenapa?

**catatan ketinggalan atas kesadaran yang datang belakangan.

Friday, May 11, 2007

tentang mencatat kenangan

nanti, jika ke solo, jangan nginep dimanamana, nduk. langsung saja ke belakang sma kristen, satu satunya di kota solo. ini alamat rumah saya, nanti tanya saja, bu astutik. tapi di rumah saya dikenal sebagai bu bla bla bla. jangan sungkan, saya tinggal sendirian, dengan keponakan yang masih bayi. bla bla bla...


sekian jam di stasiun gadobangkong, bandung.

mungkin jika saja saya memilih untuk naek angkot, tak akan lama hingga sampai di cimahi. tapi tidak, kereta buat saya seperti media eksklusive. banyak hal tak tergantikan. entah gerbongnya yang karatan dan menandakan ketuaan. atau orangorang yang berlalu lalang. sering saya berfikir, bertanyatanya, tempat duduk itu, siapa yang pernah mendudukinya. apakah sepasang remaja yang sedang berkencan, atau anak kecil yang kelaparan. lalu, coretancoretan yang ada disitu, seperti usaha untuk mencatatkan kenangan. ah, konyol memang. tapi begitulah segala cara yang pernah dilakukan untuk melawan lupa. dan orangorang itu, serta macammacam ekspresi. mungkin sebuah gambaran kehidupan, lengkap dengan palsu dan tipu. itulah yang membuat saya rela menunggu, sekian jam berdiam seperti gelandangan. tidak, untuk kali ini saja. ijinkan saya ingin terlepas dari tuntutan. saya tidak ingin mengejar waktu, saya tidak ingin terburu2. pada waktu yang tak lama, saya ingin merdeka.

sengaja saya duduk pada tempat yang terbuka. saya rindu romansa. untuk mengamati mukamuka dan lorong gelap sepanjang rel kereta. lalu entah darimana asalnya, seorang wanita tua mendekati saya. meminta ijin untuk duduk di lantai sebelah saya. tentu saja tak apa, toh disinipun saya hanya pejalan yang kebetulan lewat untuk sementara. lalu dia mulai cerita, tentang apa saja. tentang pagi yang tak ramah, tentang suaminya, sang pahlawan keluarga yang lalu tinggal nama. dan tentang hilangnya tas yang berisi kehidupannya. tidak, dia sedang tidak mencoba meyakinkan saya untuk mengasihaninya. dan apa yang saya lakukan pun tidak atas dasar saya kasihan padanya. jika akhirnya saya mengatarkannya ke stasiun lain, untuk mendapatkan kereta laen menuju solo, itu adalah atas dasar empati. tak pernah terbayang sebelumnya saya akan berada di posisi itu. terkatung katung di kota asing tak sepeserpun uang. kata seorang teman, saya naif. bisa saja itu cuman karangan untuk sebuah cerita drama. yah, bisa saja. tapi, tak bisakah melakukan sesuatu tanpa sebuah prasangka?

dan dengan demikian saya pun telah mencatatkan kenangan. tidak pada rangkaian huruf yang ditorehkan pada logam tua gerbong kereta. tapi pada ingatan seorang nenek tua. atau pada stasiun bisu yang kelak jika saya melewatinya, mungkin akan teringat akan sesuatu. disini, saya pernah ada, lengkap dengan rangkaian cerita.

memang, sebuah perjalanan seperti pintu yang menghubungkan saya dengan kotak diluar daerah aman. seperti membenturkan idealisme dengan realita.

Wednesday, May 09, 2007

tentang kebiasaan

bagaimana rasanya ketika tiba tiba kamu harus menggantungkan hidupmu pada situasi yang tak kamu kuasai?


satu pertanyaan yang tiba tiba muncul, setelah beberapa hari di bandung. hobi baru menjelajahi satu tempat ke tempat lain dengan kendaraan umum dan berjalan kaki. menunggu, bahkan seringkali mengutuk keadaan jika tak mau jalan. satu pembelajaran akan kesabaran. untuk mengakrabi kenyataan.

Thursday, May 03, 2007

tentang menjemput kejutan

eh, eh...

saya mau mulai perjalanan lagi. kali ini ke kota yang belum sekalipun pernah saya kunjungin. bandung. hm, norak yah? tidak apa apa. saya memang terkadang sangat norak. habis mau gimana lagi, saya terlalu exciting sih!

bukan karena konon katanya disana banyak lelaki tampan nan keren, lha wong disini saya juga seringkali ditemani oleh lelaki tampan dan keren kok! *hai pria :P!!!*. dan juga bukan karena disana katanya adalah kota belanja dengan barang2 bagus berharga murah. hm, sebenarnya..saya exciting, karena saya penasaran. penasaran akan kejutan kejutan yang mungkin diberikan oleh kota asing itu kepada saya nantinya!!

ughhh, rasanya tidak sabar. tidak sabar untuk tersesat atau menyesatkan diri dengan tanya dan pesona. dan meninggalkan jejak serta kenangan saya disana. aduh, banyak yang saya ingin lakukan. saya juga ingin meringkus ingatan seseorang yang pernah tercatatkan. lalu saya akan menemui beberapa orang. hai kamu, tunggu saya di bandung yah!!

tak lama. dan setelahnya saya akan kembali lagi. mungkin.