Thursday, June 28, 2007

tentang imaji masa depan

eh, eh.. nomer kode kamu brapa?

iyah, agak berlebihan memang jika saya membayangkan bahwa suatu hari, karena pesatnya perkembangan teknologi, dan semakin menurunnya gen sosialis dalam diri manusia, bersaing dengan ego yang melebihi kapasitasnya sendiri, dan kepentingan yang melebihi batas keperluan, menyebabkan manusia tak lagi mengenal nama, melainkan deretan angka sebagai identitas. sayapun seirngkali membayangkan, manusia kelak akan mempunya serupa tato yang berbentuk barcode dimana itu adalah tanda pengenal. hahaha, imajinasi yang seperti saya bilang sebelumnya, berlebihan.

tapi bukankah tak menutup kemungkinan akan demikian?

beberapa hari lalu saya membongkar kotak kenangan. iyah, saya memang cheesy banget, seringkali menyimpan barang barang bernilai sejarah, yang setelah beberapa waktu ke depannya, tak lebih dari sebuah lelucon usang. tapi lucu juga ketika melihat barang2 itu, mengingatkan saya akan satu hal ataupun kejadian. misalnya ketika saya melihat sebuah sapu tangan dengan noda kecoklatan yang sudah mulai bulukan, saya ingat apa dan kenapa sapu tangan itu sampai ke tangan saya. si pemberi, yang tak laen adalah teman sekelas saya jaman sekolah, memberikan sapu tangan itu, yang dulunya bernoda merah karena darah, kepada saya karena saya menolaknya dan dia berdarah2 karena memukul kaca! omigod, waktu itu saya panik, tapi sekarang ketika saya menemukan saputangan itu, yang ada di pikiran saya, betapa memalukan melakukan itu untuk sebuah penolakan. apalagi, setelahnya kami berbaikan, dan tak lama setelah selesai sekolah dia menikah. hahaha, drama queen eh?

oiya, balik lagi ke kotak kenangan tadi. saya memiliki beberapa kotak yang maish tersimpan, sisanya entah kamana. biasanya ketika saya baru saja melalui sesuatu yang buruk, dan ingin cepat melupakannya, saya kotakin semua hal yang berhubungan dengan hal itu, dan saya menyebutnya kotak kenangan. ah, saya sebetulnya pathethic bukan? satu sisi saya berusaha menjauhkannya, disisi lain saya tetap saja membuatnya terlihat eksklusif dan istimewa. tapi tak melulu tentang sesuatu yang menyedihkan sih, ada juga beberapa hal yang memang sudah seharusnya ditempatkan disitu. saya hanya tak mau tertahan berlama lama dnegan sesuatu bernama masa lalu.

dan begitulah ketika suatu hari saya menemukan satu buku kecil, yang ternyata adalah kumpulan nama, alamat dan kesan dari teman teman SD dan SMP saya. iyah, kesan!! bukankah dulu hal itu menjaid lumrah, menuliskan kesan atas seseorang pada buku harian, sebelum akhirnya fungsinya digantikan oleh friendster dan testimonialnya pada masa sekarang. ah, lucu juga ketika dibaca baca. beberapa nama masih saya ingat mukanya. ada yang teringat begitu gamblang, ada yang hanya samar2 berupa potongan beberapa kejadian yang melibatkan saya dan mereka, dan laennya lagi, bahkan saya tak ingat pernah mengenalnya. ada beerapa dari teman yang bukan teman SD atau SMP. entah saya mengenalnya karena kegiatan pramuka, baris berbaris, atau cerdas cermat. iyah, dulu waktu SD saya sering ikutan cerdas cermat! *nyombong mode* dan karena cerdas cermat tersebut, saya mengenal seseorang di kota asing bernama bojonegoro, yang kemudian hari membuat saya nekad mengunjunginya. itulah petualangan saya pertama kali dengan bus antara kota.

dulu sepertinya, tak canggung untuk menanyakan, nama kamu siapa, alamat dimana. lalu kami saling mengunjungi satu sama lain, dan begitulah pertemanan mulai terjalin. sepertinya jarak tak jauh, dan waktu tak lagi menjadi sebuah halangan untuk bertemu. kediri - bojonegoro hanya sebatas 3 jam perjalanan dengan bus antar kota. hingga akhirnya semua bergeser sesuai dnegan perubahan jaman. pertanyaan tentang alamat rumah mulai tergantikan dengan, nomer handphone kamu berapa. masih saling bertegur sapa, meski tak lagi bisa bertatap muka. hanya lewat barisan tulisan yang kalau dibaca dnegan nada beda, maka akan melahirkan persepsi yang beda pula, dan tak jarang berakhir pada kesalahpahaman.

lalu jaman semakin berkembang lagi. bukan hanya nomer handphone, tapi pertanyaan pada perkenalan juga menanyakan alamat email. kali ini mungkin komunikasi akan bisa lebih memimimize kesalahpahaman karena terbatasnya pulsa, dan juga semakin mudahnya akses karena tinggal klik,klik dan klik. tak lagi perlu tangan pegal2 karena panjangnya cerita yang ingin dituliskan seperti ketika saya menulis surat pada sahabat pena dahulu. dan pada bayangan, bukan sebuah ingatan tentang sebuah rumah yang biasanya saya ingat akan sahabat sahaban pena saya yang sudah saya kunjungi, melainkan rentetan huruf dengan @ dan dot com-nya. salah satu contohnya, jarak denpasar - nusa dua yang semakin jauh, hingga membuat saya dan teman saya ini menjadi manusia manusia sibuk yang susah sekali bertemu meski kita berdua tinggal satu kota. :P

maka begitulah bayangan saya akan masa depan. ketika semua orang sibuk dnegan segala kepentingannya, meski belum tentu kepentingan kepentingan itu adalah hal yang dibutuhkannya. ketika manusia manusia sudah tak lagi mempunyai waktu untuk saling bersapa, atau ketika ruang ingatan yang disisakan untuk manusia laen semakin menyempit, karena banyaknya hal yang yang harus dia pikirkan, mungkin memang benar, yang dibutuhkan adalah deretan angka atau baris baris barcode, sehingga ketika kita klik, semua data ada disana. efisien bukan?

sepertinya tulisan panjang ini adalah efek kebosanan akut karena dua hari menunggui kantor ketika staff lain sedang bersenang senang liburan untuk galungan. huh. selamat hari raya galungan dan kuningan yah. damai di hati, damai di bumi. *sambil mencoba menyabar nyabarkan diri menunggu hari ini usai*

Tuesday, June 26, 2007

tentang dunia maya

di tengah demam yang semakin meninggi, dan bayang bayang kematian atas sakit dan prasangka yang berlebihan, satu hal yang terpikirkan oleh saya.

jika sampai sesuatu terjadi, pada siapa kiranya password email dan blog serta atribut atribut maya lainnya akan saya tinggalkan kelak?

karena nanti, jika suatu saat saya harus menutup blog ini, entah karena apa, saya ingin untuk sempat berpamit diri. mungkin bukan hal yang penting untuk orang laen, tapi buat saya, pergi tanpa pesan, seperti menyangkutkan masa lalu pada kenangan.

hahaha, pernahkah berfikir bahwa suatu hari maya lebih serius daripada sebuah permainan?

Monday, June 25, 2007

tentang bersyukur

.....
- jadi gimana dok?
+ yah.. aman dari demam berdarah.
- syukurlah, jadi tidak ada masalah yah?
+ ya ada, gimana ga bermasalah kalau demamnya dikit lagi sampe 40 derajat celcius.
- trus apa masalahnya, dok?
+ typhus.
- tapi syukurlah, tidak demam berdarah.
.....

apa begini yang dibilang, selalu saja ada hal yang patut disyukuri atas keadaan yang paling buruk sekalipun?

Wednesday, June 06, 2007

tentang lelaki tercinta

dia lelaki separuh baya, bahkan ketika melihat rambutnya yang sudah dipenuhi uban dimana mana, maka tahulah bahwa umurnya pasti lebih dari setengah abad. yah, memang selama itu. setengah abad lebih sudah lamanya dia menjalani kehidupan. dan itu tergaris jelas di wajahnya yang mulai menua, lewat kerutan kerutan tegas. tingginya semampai, tak terbilang tinggi ketika disandingkan dengan orang orang di sekelilingnya, anak anaknya. apalagi pada usianya yang semakin senja, postur tubuhnya pun tak lagi bisa tegap membusung dada. jalannya pun sedikit tak seimbang. konon, menurut cerita yang pernah kudengar, kakinya terkena pecahan bom atau bahan peledak pada masa yang entah.

yah, cerita tentangnya tak pernah aus meski waktu menggerus. seperti sebuah legenda. aku masih bisa mengingat, pada usia kecilku yang entah, pada tanggal tanggal tertentu, dia berpakaian rapi layaknya seorang pejuang, tentu saja dia belum setua sekarang. berdandan klimis dengan pakaian hijau tai kuda, pakaian yang masih saja warnanya kusuka. bersepatu kulit kinclong mengkilat. akupun selalu bertanya tanya, hendak pergi kemana. dan selalu mendapatkan jawaban yang sama pula, berkumpul dengan teman sesama pengingat kenangan. dan begitulah ingatan tentangnya dan baju hijau tai kuda.

lalu dengan bangunan tua. pernah mendengar tentang kotak harta karun? dia memilikinya! bukan kotak tepatnya, melainkan lemari baja. terkunci rapat pada gudang tua yang juga dipenuhi oleh sarang laba laba. pernah suatu kali aku masuk mengendap endap seperti pencuri. tentu saja aku tak akan mencuri, aku hanya penasaran, apa gerangan isi kotak tua yang begitu menarik perhatian. perlahan kutarik pengait gemboknya dengan sekuat tenaga, tapi percuma. tenaga kecilku tak akan bisa menarik lapisan baja sekuat kuda. tak sampai disitu, tak juga menyerah. pada lain kesempatan, ketika kurasa aku punya banyak waktu, kembali kucoba kubuka. kali ini harus bisa, kataku kala itu. dan memang begitulah, pintu itu akhirnya terkuak. bukan harta permata seperti dongeng yang ada, melainkan kumpulan benda benda aneh yang tak pernah kulihat sebelumnya, kecuali gulungan ikat pinggang berwarna sama dengan baju hijau tai kuda. benda itu sepanjang jari orang dewasa, berwarna keemasan berbentuk silinder dengan ujung lancip di moncongnya. dan kejadian itu terlupa, hinga pada tahuntahun setelahnya, ketika lemari rahasia itu sudah tak lagi misterius, dan benda aneh itu tak lagi ada disana, entah raib kemana, aku baru tau, itu yang disebut peluru.

dan ada satu ingatan tentangnya yang seringkali sampai sekarang membuatku geli. dia adalah tentara, setidaknya pernah menjadi tentara. aku kenal itu dari beberapa foto di dinding rumahnya. dengan topi baret, yang entah apa warnanya. mungkin merah, mungkin hijau, entah. maklumlah foto lama, yang ada hanya warna hitam dan putih saja. dia begitu tampan, tampan sekali. foto foto kecil itu memenuhi ruang keluarga yang bersahaja. dan diantara, ada satu foto besar berbeda. dia tak mengenakan baret, tidak juga seragam dengan pangkat jabatan. dia hanya mengenakan baju safari, dengan peci. dan aku suka memandanginya diam diam, hingga suatu waktu, ketika aku mulai mengenal bangku sekolah, sejarah dan dari cerita cerita yang tak henti di dongengkannya padaku, aku tau itu bukan dia, hanya mirip saja. lelaki berpeci itu adalah sang proklamator bangsa. ah, betapa tololnya.

sayang setelah beberapa lama foto sang proklamator itu tak lagi ada di deretan sana. pernah kutanya, kenapa foto lelaki yang juga tampan itu musti diturunkan, di serakkan dalam gudang tua bercampur sarang laba laba. dan dia hanya menjawab sederhana seperti biasa, karena tanpa foto itu tergantungpun aku masih memujanya. kelak, suatu saat, aku tau, haram hukumnya seorang tentara seperti dia memajang foto proklamator bangsa, seperti diharamkan memasang umbul umbul merah di setiap perayaan. setidaknya itulah yang terjadi pada jamannya.

beberapa tahun lalu, pada kedatanganku padanya yang kesekian. tak pernah satu ingatanpun terlupakan. kini, tak ada lagi foto sang proklamator bangsa di gudang. sudah kembali bergabung di dinding bersahaja ruangan keluarga. dan aku masih saja melihat kemiripan diantara keduanya. mungkin karena lelaki itu begitu mengaguminya. tokoh hebat sepanjang masa.

oh ya, ketika satu waktu kuperkenalkan dia pada seorang teman, teman ini justru berkata, wajah bapakmu seperti presiden kita. hahaha.

**atas nama kangen, dan 106 tahun kelahiran sang proklamator bangsa.

Monday, June 04, 2007

tentang keresahan

dan ketika aku bertemu kamu, aku sadar, aku bertemu dengan wanita yang tercipta dari tempaan hidup. yang sepertinya tak memerlukan satupun hal yang kurang, sehingga akupun tak tahu, di bagian mana aku harus melengkapimu.


ada beberapa hal yang mulai membuat saya resah belakangan ini. kesendirian untuk menjalani kehidupan yang sudah lama berjalan, mulai terusik. keyakinan keyakinan, bahwa saya akan terus menjadi muda, mulai terbentur dengan realita. tak bisa dipungkiri, bagaimapun umur saya bertambah. ya, secara harfiah memang saya sudha mulai menjadi tua. tapi saya tak pernah merasa, sungguh. saya masih gemar bermain main, saya masih gemar berlarilarian, bahkan saya masih gemar untuk kluyuran. seperti layaknya yang dilakukan anak anak muda. setidaknya sama denga apa yang saya lakukan ketika SMA, delapan atau sembilan tahun lalu. tak banyak berubah, masih seperti ituitu saja. dan saya pun masih suka untuk terus mempertanyakan kenapa, lalu membuat pemberontakan kecil kecil terhadap keadaan, dan mulai berfikir, tak seharusnya saya ada disini dan begini. lalu mulai melawan lagi, mulai perjalanan lagi.

bahkan seorang teman mengatakan, saya ini gemar mempertaruhkan perasaan. dan saya tak juga lelah untuk berpasrah pada kenyamanan. intinya, saya tak juga merasakan lelah yang benar benar lelah sehingga mampu membuat saya berfikir cukup, sampai disini saja. lalu membuat saya memilih untuk menjalani hidup dnegan cara orang kebanyakan menjalaninya. tak usah menghabiskan waktu berlama2 dnegan pertanyaan kenapa, pemberontakan atas keadaan atau penghianatan pada kenyataan. jalani saja semua dnegan sewajarnya, jika kewajaran manusia adalah lahir, menikah, punya anak, mati. saya tidak sedang mencari bentuk ideal, karena memang bentuk ideal hanya ada di idealisme saja. pun saya tidak sedang mencoba melawan takdir, karena saya tidak pernah tau takdir saya apa, kecuali saya terlanjur lahir di dunia, dan entah kapan saya akan mati. saya hanya sedang mencari kehidupan, kehidupan yang benar benar hidup. meski mungkin nanti, ternyata pada satu titik akhir yang membuat saya tak bisa memutar balik masa lagi, saya menemukan ternyata seluruh waktu dan hidup saya hanya berisi upaya omong kosong, niscaya saya tak akan menyesalinya. karena begitulah hidup buat saya.

tapi, telepon dari bapak beberapa waktu lalu mulai membuat saya memikirkan hal lain. ternyata saya ini memang tidak bisa egois. toleransi adalah intoleransi. dan saya dikelilingi oleh orang orang yang masih peduli, atau lebih tepatnya, orang orang yang juga saya pedulikan. saya tak bisa berfikir buruk atas kebaikan yang terlontarkan oleh bapak lewat kata kata. seperti pesan biasanya, hanya saja diikuti oleh semacam peringatan, mulailah memikirkan diri sendiri nduk. temukanlah lelaki yang baik, yang kelak akan membahagiakanmu.

katakata singkat, pesan sederhana atas kepedulian, sekaigus seperti sebuah bumerang. memikirkan diri sendiri, dan menemukan lelaki baik hati. hm, bukankah itu adalah dua hal yang saling bertolak belakang. iyah deh, kamu boleh mengatakan bahwa aku adalah wanita yang takut komitmen, bo! tapi sesungguhnya bukan komeitmen yang aku takutkan, melainkan ikatan. normanorma tak tertulis yang mengekang pergerakan, atau menyumpal teriakan. tapi tak pernah ada yang salah. seperti yang pernah seseorang tuliskan, ketika perempuan menginjak usia duapuluhlima, makan keperempuaannya dipertanyakan. akan di jejali dengan pertanyaan pertanyaan kapan menikah, cepatlah menikah, hiduplah dengan mapan, dan selanjutnya ketika sudah menikah dipertanyakan kapan punya anak, dan lain lain. sayapun tak hendak menyangkalnya, karena memang begitulah fakta sebagian besar masyarakat kita. dan sayapun, tak hendak menentangnya, hanya saja, saya juga tak ingin menyerahkan begitu saja hidup saya ke tangan norma kebanyakan dan nilai kewajaran. saya tak ingin menjalaninya karena saya harus menjalaninya. dan yang terpenting, tak ingin menjalani semuanya dengan siasia.

**terima kasih untuk obrolan malam. dan janjijanji yang belum terbayarkan. kutunggu sampai kamu mampu mengejarku, dan kita bisa berjalan beriringan. sampai entah.