Monday, March 24, 2008

tentang pembeli waktu

perjalanan beberapa hari lalu melaju seperti angin, cepat dan tergesa - gesa.

seharusnya tidak begitu. iyah, seharusnya. sedikit menyesal, tapi saya memang tidak suka perasaan menyesal. jadi mencoba menepiskannya jauh - jauh. perjalanan kali ini sebenarnya sudah direncanakan sebelumnya, entah akan melewati surabaya, atau jogja. saya tidak suka surabaya, apalagi bandara nya sekarang yang seringkali mengharuskan saya berjalan jauh, seperti jakarta. saya juga sudah memesan tiket melewati jogja, mengabari seorang teman untuk persinggahan. tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya batal. dan jadilah tetap pulang melewati surabaya.

berangkatnyapun demikian. alih-alih untuk penghematan, saya memesan jasa angkutan darat. denpasar - surabaya yang berangkat esok sorenya. membeli kenyamanan. ditambah lagi susahnya mendapatkan angkutan umum disini kecuali taxi, sangat disayangkan kalau saya harus bayar seharga tiket denpasar - surabaya untuk perjalanan ke terminal ubung. saya pikir, saya akan lebih punya banyak waktu untuk persiapan, sambil menunggu jemputan.

rupanya memang, perjalanan kemarin sudah ditakdirkan untuk menjadi tergesa - gesa. takdir, saya katakan begitu. karena itu adalah kemarin, tadi. bukan esok, atau nanti. semua sudah disiapkan. membeli beberapa pesanan, seperti layaknya ketika pulang pada saat lebaran. kaos oblong, kaos joger, kalung manik - manik, dan tak lupa kopi tumbuk . beberapa sudah terbeli, yang lainnya masih bisa dilakukan nanti. saya pikir begitu. tetapi teman tiba - tiba mengabari, untuk rute yang sama dia tak jadi berangkat keesokan paginya. dan menyerahkan sepasang tiket yang tidak lagi bisa di uangkan. dengan alasan itu, akhirnya tiket tersebut saya dan teman seperjalanan yang gunakan. satu sisi menyenangkan, kami akan lebih cepat sampai di kota tujuan. sisi lainnya tidak, karena banyak urusan yang belum terselesaikan.

ah, kalau ingat dulu, tak pernah perjalanan seribet ini. libur tak pernah menghalangi untuk pergi. perjalanan 12 jam hanya sejarak dari jantung ke hati, dekat sekali. wajar untuk waktu 2 minggu bersenang - senang kemudian. satu tidur panjang, dan besoknya sudah sampai. suara pengamen, jadi soundtrack pengiring mimpi. terjaga, masih dnegan perasaan berdegap kencang, karena saya memang tak pernah mengingat rute, dan takut untuk terlewat lagi. 12 jam, walkman, beberapa keping kaset ( iyah, kaset. bukan cd, atau mp3), dan khayalan yang jika dibentangkan, akan sangat panjang. setahun bisa pulang minimal 2 kali, kadang bahkan 3 kali.

mungkin pengaruh umur, saya kira saya memang tak lagi setangguh dulu. terutama psikologis saya. membayangkan naik turun angkutan umum dari tempat tinggal ke terminal saja sudah terbayang melelahkan, apalagi memikirkan berada di bus sekian jam, diselingi acara bergelantungan. jika begini saya jadi merasa tua.

tapi ah, lagilagi ini soalan pilihan dan kesempatan. mungkin juga kemampuan. kesempatan yang semakin menipis, seiring semakin sedikitnya jatah libur dan waktu yang dimiliki. dan kemampuan, bayaran atas sekian jam dalam sehari yang dilewati. memilih bepergian menggunakan pesawat terbang tidak lagi masalah gengsi, melainkan kebutuhan. untuk menghempaskan penat dan kerinduan akan perasaan sebagai anak dari kedua orang tua, tak lagi pengelana. lebih lama. dan segala fasilitas, kenyamanan, kemudahan itu, memang sudah sewajarnya dibayarkan. agak lebih mahal jadinya memang, tapi tak mengapa. bukankah memang waktu tak pernah berharga? dan saya bangga, telah membelinya.

Friday, March 14, 2008

tentang catatan lepas

untuk beberapa hal yang tidak bisa diperbaiki, biarkan saja. terus mencoba memperbaikinya hanya akan menjadikannya lebih buruk.


catatan lepas. untuk kata, sebelum angin membawanya.

Tuesday, March 11, 2008

tentang mencicipi bahagia

And what I can't figure out is, are you running towards something you want? Or are you running away from something you're afraid to want?

christopher on maid in manhattan.


uhuk uhuk.

libur 3 hari nyepi, dan tak ada yang saya lakukan kcuali mencoba menghabiskan eldest, buku kedua dari eragon, 400 halaman dari 750an halaman. nyepi kali ini aneh, melihat anak-anak pada bermain bola ketika jalanan lengang. tidakkah ini nyepi? atau hanya tradisi yang tergerus oleh jaman yang tertransisi?

kebosanan yang sangat bosan. berakhir di minggu petang, 5 jam obrolan ringan di batujimbar sanur, untuk teman baik yang ulang tahun kesekian ( sengaja tak ada angka, karena masih ada traktiran berikutnya, haha) dan semalam, tak sengaja nonton satu adegan maid in manhattan, disela ativitas mengurus cucian. saya tidak suka jennifer lopez benernya, seperti saya tidak suka dewi persik. tapi apa daya, di kos hanya ada stasiun tivi lokal, tanpa tivi kabel untuk pilihan lainnya.

memikirkan rencana untuk pulang, ke rumah orang tua, bukan rumah saya. menyebutnya pulang, karena disitu sebagian hati saya berada, dan menyebutnya pulang juga, ketika saya berpamitan dari sana. dan pertanyaan yang akan sering didengar, ketika usia yang katanya, bukan kata saya, semakin tua. tentu saja soalan kapan mengakhiri masa lajang, ketika saya pikir baru saja mulai bersenang-senang. mau tak mau jadi menyambung-sambungkan, quote itu dan suasana hati. benarkah bahagia sebegitu menakutkan? takut untuk bahagia, atau sebenarnya takut untuk kehilangan kebahagiaan?

karena memang lebih baek untuk tidak memiliki, daripada harus merelakan sesuatu itu direnggut kembali. omong kosong. karena buat saya, lebih baek pernah mencoba dan sakit hati, daripada tidak sama sekali. everything happens for a reason. yes?

Thursday, March 06, 2008

tentang balasan

the sweetest vengeance..
..guilt.

untuk lelaki.

Wednesday, March 05, 2008

tentang kopi dan kekhawatiran


jika terus menerus menambahkan bersendok-sendok gula ke dalam cangkir ini, kamu akan menghianati pahitnya kopi.


..........

dari balik jendela kaca. gelas kesekian hari ini. tidak lagi coffee cream instan rasa jagung seperti biasanya, melainkan kopi pekat gelap warna hitam. dengan ampas - ampas yang masih mengambang di bibir cangkir, dan uap yang mengepul panas. kebiasaan baru beberapa waktu terakhir, sejak pertama mengecap tumbukan kopi seorang ibu-ibu tengah baya dan langsung jatuh cinta padanya. membayangkan sebatang rokok melengkapi, tapi kebiasaan itu sudah lama tak lagi dilakukannya. karena memang dia bukan pecandu nikotin, hanya sesekali. seperti ketika bergelasgelas bir diteguknya, hanya sebatas keinginan sementara.

lagipula sekarang dia tidak mungkin bisa menikmati keduanya. air-conditioner di ruangan itu menyala. dan diapun sedang malas untuk melakukan apa-apa, selain melihat dan membiarkan angannya merajalela. diluar hujan, dan kendaraan berdesakan di lampu merah depan kantornya. satu hal lagi yang dia sukai di tempat ini, jendela kaca membuatnya leluasa untuk memandang keluar, tanpa orang menyadari dirinya ada. seringkali dia geli, jika ada orang yang tiba-tiba berhenti, untuk bercermin di kaca dimana sebenarnya orang-orang itu sedang berhadapan dengannya. geli melihat tingkah laku mereka. sebegitu mengkhawatirkannya kah penampilan, dan percaya diri hingga harus bercermin disini. ataukah sebenarnya memang kodrat manusia terlahir dengan narsisme bawaan, hingga tak bisa untuk tak mengagumi diri mematut di setiap cermin yang dilewati.

atau bisa jadi di setiap pikiran manusia, ada yang namanya persaingan genetika. selain narsisme, bawaan lainnya adalah kompetisi. keinginan untuk menjadi selalu lebih dari yang lainnya. menyebabkan kekhawatiran diri hingga akhirnya membuat grogi. ya, faktanya bahwa dunia selalu memberikan permakluman untuk orang-orang yang mempunya kelebihan, terutama muka yang rupawan. mengingatkan dirinya akan film korea, 200 ponds of beauty. kecantikan bukan lagi soalan hukum relativitas, untuk menepis pesimisme dan rendah diri. kecantikan adalah tuntutan kalau tak ingin dibilang keharusan, mungkin karena itu produk pemutih dan pelangsing laku di pasaran.

kalau memang begitu, kenapa dia tak bisa menepiskan pikiran, memaafkan bersendok-sendok gula yang telah dituangkan. meminum kopi manis yang tak lagi panas, dan bergegas. pulang.

It will teach you to love what you're afraid of
After it takes away all that
You learn to love
But you don't always
Have to hold to your head
Higher than your heart

You better hope you're not alone
You better be hoping you're not so...
**Jack Johnson ~ Hope

Tuesday, March 04, 2008

tentang neverland

kamu tau neverland?

negeri dimana rakyatnya tidak pernah menjadi dewasa, seperti peterpan. dinegeri itu, yang ditawarkan adalah keceriaan, kepolosan, dan kesenangan. sesekali diantaranya melakukan kenakalan, tapi masih pada taraf kenakalan yang wajar. setelahnya, semua akan kembali normal. tidak ada dendam, dan kebencian yang disimpan. ingatan tanpa sebuah prasangka buruk, akan mudah untuk melupakan. karena kesakitan tak pernah diperhitungkan.

dan di neverland, anak-anak itu memang tidak pernah bermimpi menjadi dewasa. mereka tidak mengenal kata dewasa, tidak berharap untuk menjadi dewasa. konon katanya, dunia orang dewasa itu tidak pernah menyenangkan. karena ketika anak - anak menjadi dewasa, hal pertama yang disodorkan adalah tanggung jawab. dan tanggungjawab menjadi beban. lalu mulailah tuntutan - tuntutan dan target. apabila berhasil memenuhinya, maka akan ada lagi target selanjutnya. tinggi, lebih tinggi. tidak pernah cukup, karena memang manusia tidak mengenal kata cukup. jika tidak dirinya sendiri, maka orang-orang disekitarnya yang akan terus merongrong keinginannya. namun apabila tidak, maka berujung pada kekecewaan. anak-anak dibiarkan saja begitu adanya.

berbeda sekali dengan di negeriku. kalau tak mau dibilang lucu, ya bisa disebut memalukan. disini, anak - anak kecil justru dipaksa menjadi dewasa. kepolosan ditanggalkan untuk selanjutnya dibalut polesan. gincu - gincu untuk bibirbibir mungil. pakaian seronok untuk dadadada rata. entah apa maunya, mungkin mengkarbit untuk segera menjadi dewasa.lalu dujual, dijadikan komoditas. lewat masin bernama televisi. entah untuk sebuah atribut, atau malah gaya hidup. disini kami miskin sosok anakanak. kejujuran adalah barang mahal, mampu dibeli tanpa sebuah nilai. hanya bisa ditebus oleh hati nurani.

kamu tau neverland?

karena sepertinya aku ingin menjadi seperti kapten hook. tidak untuk mencuri serbuk bintang agar aku bisa terbang. melainkan resep rahasia, untuk menjadikan anakanak di negeriku tidak menjadi dewasa.