Monday, November 30, 2015

run for dummie : sepatu


kalau dipikir, kayaknya blog ini memang tidak akan jauh-jauh dari lari, drama jepang/korea dan dapur. ya karena memang setiap harinya ngga jauh dari situ. plus lagu-lagu melankolis di 8tracks. hahaha.

jadi, mari menulis lagi tentang lari. lari dengan pengalaman, bukan dengan pengetahuan. karena anaknya malas baca-baca hingga akhirnya cidera, atau baca ketika perlu saja :D 

lari ini kayaknya hampir semua orang bisa melakukan, olahraga paling gampang. ngga gampangnya hanya soalan mengalahkan diri sendiri untuk bisa bangun dan memulai. bahkan ya, pelari macam casper (oyeahh...dulu pas SMP dipanggil casper krn gaya lari yang culun! dan kayaknya sampai sekarang juga masih -__-) tetap bisa lari. entah untuk 50-100 meter hingga sampai 5 kilometer. dan untuk hal ini, saya mengamini iklan Nike terbaru"Anyone can be a runner. All you have to do is start running."

cuman untuk teman-teman yang baru mulai lari, saya selalu bilang, "pakai sepatu lari." 

sepatu lari adalah satu-satunya alat yang diperlukan untuk olahraga ini. saya ingat betul kata dr. Andy dari ISMC ketika saya cidera, sepatu adalah investasi. karena lari adalah olahraga yang sifatnya endurance, pastinya akan dilakukan dalam waktu yang relatif lama. kesalahan kecil jika diabaikan dan dilakukan terus menerus dalam jangka panjang, bisa menjadi kesalahan permanen yang bisa menggerogoti seluruh hidup kita. halah. sama lah dengan segala logika bodoh jaman pilpres. #eh

untuk kaki normal dengan arch yang tidak terlalu tinggi sekaligus tidak rata, sebenarnya bisa pakai sepatu merek apa saja dengan harga berapa saja, tinggal disesuaikan kenyamanannya. arch adalah lekukan pada telapak kaki kita. jika terlalu rata atau terlalu tinggi, resiko cidera tinggi. bisa sih diminimalkan dengan pemilihan sepatu yang khusus untuk jenis kaki ini. gambaran lebih jelas soal arch ini bisa dilihat di sini. 



dan sepatu lari tidak selalu mahal. ya ada sih yang mahal, tapi kalau kita baik-baik saja dengan sepatu murah asal aman, ya ngga papa banget. toh olahraga ini bukan kompetisi (kecuali sudah yakin akan podium sih :D) , jadi ngga perlu juga berkompetisi soalan merek sepatu. errrr..kecuali kalau situ lari demi race sih, ini yang seringkali bikin tergiur dengan melihat sepatu2 harga jutaan. etapi kalau dari awal mau sekalian beli sepatu yang mahal, ya gapapa juga, apalagi kalau mampu. siapa tahu itu menjadi motivasi untuk makin rajin lari.



jadi, sepatu apa yang dipakai pelari cupu ini? 

sepatu pertama adalah reebok entah seri apa. dulu ngga pernah mikir ini sepatu serinya apa, pertimbangan cuman buat running or trainning. dan karena niatan awal memang buat lari, maka dipilihlah sepatu running. pertimbangan lain adalah model plus warna. dan yang paling penting... harga. hahaha. 

sepatu yang waktu itu dibeli seharga 400rebuan baru dipakai lari sekitar 1 tahun kemudian, karena sebelumnya lari hanyalah wacana. untuk sampai klik pada keputusan harus lari, itupun karena tekanan angka di timbangan. reebok ini tangguh, baru lepas sol nya beberapa bulan lalu. meski sebenarnya ukuran sepatu lari bukan pada waktu, melainkan kilometer. bantalannya juga empuk, dan ringan (belakangan baru tahu kalau ngga bagus juga sepatu lari yang terlalu ringan..) yang ngga enak dari sepatu ini adalah ujungnya yang menyempit, sehingga ruang antar jari-jarinya terbatas. lebih dari 5K, jari-jari kemungkinan lecet. tapi di awal, jangankan sampe 5K, 3K lari terus aja syukur banget. 

hingga akhirnya sepatu reebok ini rusak, belum pernah beli lagi merek ini. pertimbangannya lebih karena model, entah kenapa reebok sekarang ke-nike nike-an, dengan warna gonjreng dan sol yang aduhai hebohnya. padahal dulu paling suka beli sepatu mereka ini karena desainnya yang minimalis. 

begitu agak sering lari, akhirnya beli sepatu lari lagi. pembelian kedua masih belum pinter juga. harga masih jadi petimbangan utama. dan dengar dari beberapa teman yang rekomen merek ini, akhirnya belilah League. 

League 1,5 tahun lalu kayanya belum sebanyak sekarang modelnya. masih sangat terbatas, dan makin terbatas jika punya budget yang terbatas. hahahaha. sepatu itu dibeli di pasaraya grande, 249rebu saja. meski lumayan murah dari harga, tapi soal kenyamanan sepatu ini nyaman banget. ujungnya yang lebih besar membuat jari-jari mendapat cukup ruang sehingga sirkulasi udara lancar, dan meminimalkan lecet kalau dipakai lebih dari 5K. konon karena pabrikan league dulunya mengerjakan nike (entah ini benar apa ngga) , maka kualitasnya bisa lah di andalkan. 

sepatu itu bertahan hingga 100K lebih, dan seharusnya bisa bertahan lebih lama kalau ngga diembat pencuri. huks. meski harganya ngga seberapa, tapi sakit hati juga. apalagi hilang ketika lagi enak-enaknya. macam putus hubungan pas lagi mesra-mesranya... 

dengan kenyamanan dan harga dari league ini, saya selalu merekomendasikan ke teman-teman kalau mau cari sepatu lari yang murah dan nyaman. apalagi sekarang modelnya juga sudah lumayan banyak dan bagus-bagus. beberapa bulan lalu saya beli lagi model lainnya, sepatu yang saya pakai untuk race pertama. 

nanti deh, kapan-kapan saya akan review 3 sepatu lainnya yang dipakai hingga saat ini, yang dibeli dengan agak serius, dengan mempertimbangkan ini itu. setidaknya, ngga melulu soal hargaaa.. :))

tapi memang, sepatu untuk lari, terlepas dari harganya berapa, haruslah sepatu lari. karena maunya lari untuk jangka lama kan? sampai 40 tahun - 50 tahun - sampai ubanan (errr..ini sih saya sudah!)? karena itu baiknya tidak menyepelekan perangkatnya. toh ngga seribet kalau mau renang misal, atau olahraga bola, atau semahal golf. jadi yaaa, urusan sepatu, memang sebaiknya jadi prioritas. investasi, biar ngga cidera ;)

Sunday, November 29, 2015

J-dorama weekend : Suratobu Kouhoushitsu

sebagai emak-emak yang beranak, piknik paling mewah mungkin adalah me-time. dimana sekian waktu bisa dinikmati untuk melakukan hal yang disenangi tanpa ada gangguan semacam, "ma..aku lapar." "ma, cari disney channel gimana ya?" "ma, sakit perut.." "ma, ini dimana ..itu dimana", dan hal-hal seperti itu lainnya. -___-"

me-time ini beda sensasinya dengan ketika bekerja di kantor, karena mungkin melakukan pekerjaan tidak termasuk dalam melakukan hal yang disenangi. #eh :D

membincang hal yang disenangi, bisa menjadi berbeda-beda untuk setiap orang. ada orang yang bahagia hanya dengan tidur, ada yang bahagia dengan nyalon, ada yang bahagia dengan berbelanja. dan ada yang bahagia hanya dengan tidak melakukan apa-apa.

buat saya? bahagia kalau sejenak bisa nonton drama. hahaha. aktivitas ini belakangan menjadi pilihan kegiatan di akhir pekan ketika tidak ada hal lain yang dikerjakan. si G juga sudah mulai paham lah sama kesenangan mamanya, makin kesini dia makin jarang interupsi minta ini itu :D

dan inilah pilihan drama akhir pekan ini : Suratobu Kouhoushitsu alias Public Affair Office in The Sky. terjemahan judul ke bahasa inggris bikin males ya? :D 




Suratobu Kouhushitsu ini ceritanya tentang Sorai (Gou Ayano), seorang sersan Angkatan Laut yang gagal jadi pilot karena cidera akibat kecelakaan dan dipindahkan ke bagian PR alias Public Relation dan Inaba (Yui Aragaki / Akki) seorang news journalist yang karena suatu insiden dipindahkan ke bagian entertainment dan harus in charge di bagian PR Japan Air Self-Defense Force/JASDF (angkatan udara bela diri jepang), dimana si Sorai ditempatkan. Terdengar klise ya? Cerita selanjutnya mungkin bisa ditebak, keduanya ketemu, terlibat konflik sebelum akhirnya jatuh cinta. Tapi, terlebat dari alurnya yang begitu-begitu saja, this drama worth to watch.

Gou Ayano is not my favorite actor. Tapi, aktor-aktor Jepang ini memang selalu bisa memberikan sesuatu yang beda di setiap drama/film yang dimainkan. Kalau di Saikou No Rikon , Gou berperan sebagai seniman, di sini dia adalah mantan pilot yang agak nerd, yang mendedikasikan hidupnya untuk mewujudkan mimpi menerbangkan Blue Impulse, pesawat akrobatik JASDF. Cerita drama ini juga tidak monoton tentang Sorai dan Inaba, malah sebagian besar membahas konflik-konflik personel di JASDF, kepala bagian yang istrinya meninggal ketika dia bertugas, personel perempuan yang bertahan di dunia kerja yang mayoritas diisi oleh laki-laki, tentang pilihan karir yang itu-itu saja, dan tentang passion untuk melakukan pekerjaan, sebuah topik yang sering diangkat drama-drama Jepang.

Jangan bayangkan Suratobu Kouhoushitsu adalah drama yang dark, melihat posternya demikian. Di drama ini, saya bisa menjadi sentimentil, episode pertama sedih sekali sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Drama ini penuh dengan humor khas Jepang yang kadang errrr..krik-krik, tapi kadang sangat lucu. Dan cerita tentang dunia Angkatan Laut adalah sesuatu yang unik, tanpa disadari Suratobu Kouhoushitsu ini adalah bagian Public Relation dari Japan Air Self-Defense Force yang dikemas dalam bentuk drama yang hangat. Kita semacam menonton keseharian angkatan laut yang ngga ubahnya mirip dengan anak-anak ahensi :D

Jika biasanya dunia militer digambarkan sebagai sesuatu yang heroik, di sini kita melihat militer yang biasa-biasa saja, ringan, lucu dan sangat nge-pop. kita melihat mereka membuat proposal, berkali-kali proposalnya di-reject, campaign yang gagal, dsb dsb. sounds familiar, eh? :D

at the end, this drama told as that all those people are human, regardless of what uniform they wear.

Friday, November 27, 2015

menggenggam hujan, menggenggam ingatan.


belakangan, hampir setiap malam hujan turun dengan derasnya di jakarta. jalan-jalan tergenang, lalu kemacetan datang. dan orang mengumpat tak ada habisnya.

aku sendiri, hm... lebih sering melewatkannya. pekerjaan yang agak sibuk, seringkali hanya menyisakan suara deras air di talang, bersautan dengan rangkaian lagu yang didengarkan dari playlist online, menutup erat telinga di kubikel toska.

entahlah. mungkin karena usia yang makin menua, romantisme pada hujan pun perlahan sirna. jika dulu hujan adalah kubangan kenangan yang menyesakkan, atau menghangatkan, sekarang hanya selayak  air yang jatuh di sela-sela jemari, menyadari bahwa mengenang sesuatu yang sudah hilang adalah kesia-siaan.

romantisme pada hujan, terkadang datang dengan sangat terlambat. seperti sekarang. pada jumat malam yang jangankan hujan, kota justru panas oleh polutan. dan aku, mengais ingatan akan hujan hanya untuk menghadirkan kenangan.  agak-agak menyedihkan bukan?

tapi siapa yang bisa mengatur perasaan? rasa hangat yang tiba-tiba datang, menyelinap di antara lembar-lembar laporan yang harus diselesaikan. atau rasa pedih yang datang diam-diam, ketika otak penuh oleh rencana akhir pekan. perasaan yang memporakporandakan keteraturan, hanya untuk mengingatkan pada masanya, kita pernah mempunyai kenangan.

memang sialan. pada malam yang tak hujan, kukira memutar sebuah playlist dengan tag rainy mood adalah sebuah kesalahan. karena dari sinilah semua romantisme yang dipaksakan ini berawal. dari penggalan puisi yang diiringi threnody.






As I stand on this street corner and watch these two roads meet i suddenly feel at peace
Maybe its because at my feet lies the intersection of two distinct paths merging at a point of vulnerability
Maybe because its a reminder of you and me, and the blissful bond we once shared
Without a care in the world, my arms wrapped around you to shelter you from the cold
Two souls kept warm by each others company 
Two hearts dancing in the rain playfully
Two minds with the same thing in mind, you want me to be yours and i want you to me mine
I don't know maybe i'm crazy 
Maybe time has finally out played me 
Maybe i've stopped seeing beauty in the little things
Maybe i've stopped appreciating the gift life brings 
Maybe i'm in over my head,
Or maybe i just miss the familiar contours of your body under the chalk white sheets of my bed
I don’t know, maybe this is normal
Maybe i stopped being myself after you left,
Maybe this is all a test
Maybe i failed and i couldn't clean up the mess
Maybe thats why the rain suddenly feels colder on my skin
Maybe thats why whenever i try to apologize i don’t know where to begin or where to end all these things that i typed up in my mind and i wanna tell you but i just cant bring myself to hit "send".
Maybe i fucked up and i won't admit it 
Maybe i'm a coward
Seems like i've got all the time in the world maybe i should do something about it
I mean, every minute feels like an hour
Maybe i'm a fool for distancing myself from you
Maybe thats why i couldn't admit i loved you
Because for some reason i couldn't accept that maybe, 
just maybe,
You might have loved me too.

Monday, November 23, 2015

menjelang sekolah dasar


pada bulan-bulan ini, banyak orang tua yang mulai ketar-ketir untuk mencari sekolah untuk anak, karena memang beberapa sekolah swasta sudah mulai membuka pendaftaran. bahkan beberapa sekolah yang terhitung favorit, sudah mulai mengadakan tes-tes ujian masuk.

errrrr..ujian masuk? yup! tidak cukup lah hanya ujian masuk perguruan tinggi, sekarang masuk SD saja sudah ada ujian masuknya.

lalu apa yang akan diuji? entahlah. dari beberapa cerita yang saya dengar sih, ada yang hanya konsultasi untuk memahami psikologis anak, mengenal perkembangan motoriknya, atau bahkan ada yang terang-terangan mengadakan ujian baca tulis. lha padahal bukannya TK tidak ada pelajaran baca tulis? yaaaa..demikianlah gap kurikulum dan pelaksanaannya di lapangan. pemerintah boleh buat aturan untuk tidak memasukkan kegiatan membaca, menulis dan berhitung di TK, tapi banyak guru-guru SD yang ngga mau repot ngajarin anak didiknya membaca. jadi, banyak orang tua yang akhirnya memasukkan anak ke bimba - bimbingan minat baca & belajar anak (errr...dulunya saya pikir bimba itu bimbingan baca :D) untuk mengejar gap ini. dan banyak juga orang tua yang memasukkan anaknya ke les2/bimba meski anaknya sudah masuk TK.

lalu bagaimana dengan G?

sejauh ini saya cukup puas lah sama TKnya sekarang. pilihan yang diambil 2 tahun dan review setahun lalu sepertinya masih valid dan belum melenceng jauh dari value keluarga kami, jadi sepertinya kami akan meneruskan di sekolah yang sama untuk sekolah dasarnya. lagipula di depok tidak banyak sekolah swasta yang plural.

tapi kan ada sekolah negeri ?

mempertimbangkan beberapa hal, antara lain sekolah negeri hanya menerima murid yang satu wilayah//rayon/area/apalah itu namanya, dan melihat sd negeri di sekitar kami belum mencukupi ekspektasi kami, SD negeri kami coret dalam pilihan dari 2 tahun lalu sejka G masuk TK. bukan maksud untuk mengatakan bahwa SD negeri itu jelek, -karena toh saya dan suami adalah produk SD negeri-, tapi kami melihat SD Negeri dengan segala carut marut kurikulumnya saat ini belum bisa mengimbangi kebutuhan dan perkembangan anak-anak generasi Z yang serba cepat ini.

lalu kenapa tidak sekolah swasta lainnya dan kenapa sekolah swasta yang sekarang? 

sekolah yang plural dan inklusif adalah hal yang sangat penting buat kami, dan di depok tidak banyak sekolah swasta yang demikian. inilah pertimbangan penting yang mendasari kami untuk melanjutkan di sekolah yang sama. jika ditanya, apakah lebih baik? saya tidak bisa membandingkan. karena pastilah setiap keluarga memiliki value / prioritas terhadap pendidikan yang akan diterapkan ke anak-anaknya, dan buat kami itu adalah diversity & tolerance , karena hal tersebutlah yang akan dihadapi G seumur hidupnya.

mulai dari perbedaan selera, perbedaan pendapat, perbedaan agama, warna kulit, bahasa dan lainnya. karena setiap manusia adalah berbeda, setiap manusia unik, karena itu penting buat kami agar G bisa hidup damai dengan perbedaan-perbedaan tersebut. jangankan sama lingkungan yang lebih besar, dalam keluarga kami saja sering ada adu argumen dan kadang kalau komunikasi tidak bagus, bikin ngambeg.. (errr..itu saya sih! :D)

dan pastinya "sesuatu yang penting" ini bagi masing-masing keluarga berbeda, mempengaruhi pertimbangan untuk memilih sekolah seperti apa. belum lagi pilihan tersebut juga pastinya dipengaruhi oleh minat dan karakter anak, target yang ingin dicapai dan blablabla lainnya yang pasti makin bikin pusing banyak orang tua :D

tak jarang saya melihat beberapa orang tua yang "sepertinya" salah membuat keputusan. ini murni asumsi dan penilaian saya, hahaha. banyak orang tua yang memilih memasukkan anaknya ke sekolah alam, tapi dalam perjalanannya mengeluhkan dan menghawatirkan akademis anak yang dinilai lamban. lalu mereka memasukkan anak ke les ini-les itu, untuk mengejar ketertinggalan akademisnya. bukankah seharusnya disadari dari awal kalau sekolah alam memang tidak fokus pada akademis dan lebih mengeksplore potensi alami si anak?

ada juga orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis agama dengan harapan anak akan memiliki dasar ilmu agama yang lebih kuat, tapi pada perjalanannya anak tidak merasa enjoy dengan hal tersebut dan berhenti di tengah jalan.

ini saya tidak membahas tentang sekolah berdasarkan biaya masuk dan gengsinya ya! karena jujur saya memang tidak fokus kesitu dan tidak paham lah tentang pertimbangan orang tua (kalau ada...) yang memasukkan anaknya ke sekolah tertentu demi gengsi :D

keinginan orang tua, tekanan lingkungan sosial (gengsi, pertanyaan "anakmu sudah bisa apa?" dll) , dan potensi anak ini seringkali membuat orang tua terjebak pada situasi awkward, dan ngga jarang juga berdampak pada anak. dari orang tua yang tidak puas menginginkan anaknya begini tapi memilih sekolahnya begitu, anak yang tidak bahagia karena maunya begini tapi yang dijalaninya begitu, dan sekolah yang kadang tidak mau tahu akan keduanya.

lalu bagaimana menjelang pusingnya mencari sekolah?

meski beberapa pendapat praktisi pendidikan mengatakan bahwa anak lahir dengan potensi bawaan yang perlu kita gali, bukan kertas kosong yang bisa begitu saja ditulisi, tapi ada baiknya sebelum mengenal anak, kenalilah dulu diri sendiri : orang tua. membuat prioritas, merinci hirarki nilai-nilai keluarga, dan barrier apa yang sekiranya akan dihadapi ke depannya.

apakah kita orang tua ambisius yang tidak siap menerima keunikan anak yang mungkin beda dengan kunggulan anak-anak lainnya. seberapa target yang akan kita capai, sehingga kita tak terseret standard orang lain?

saya percaya, orang tua yang percaya diri dan yakin dengan apa yang dilakukan, akan menuntun anak-anak optimis yang lebih tangguh, lebih tahu apa yang dimiliki dan apa yang diinginkan, anak-anak yang tak mudah galau gitu loh..

Sunday, November 22, 2015

J-dorama : Ouroboros

menonton drama asia di sela-sela mengerjakan pekerjaan kantor yang seringkali bejibun, lari pagi dan ngurus anak, adalah piknik yang murah dan mudah dilakukan. meski seringkali keterusan dan bikin ngga mudah hal lainnya. :D

karena itu sejak sebulan terakhir, mulai membatasi piknik drama (atau kalau suami bilang, telenovela.. sigh!) , dan hanya melakukannya ketika akhir pekan dan tidak ada rencana kemana-mana. atau boleh lah 1 - 2 episode sore hari saat break sambil ngopi-ngopi..

untuk piknik, sebenarnya lebih baik nonton drama korea, yang endingnya seringkali semacam cerita cinderella yang berakhir bahagia. tapi lama kelamaan bosen juga nonton drama yang sudah ketebak banget alurnya: pertemuan/perkenalan - berselisih paham - jatuh cinta - konflik/klimaks - penyelesaian konflik - berakhir bahagia. menyenangkan sih, nonton ngga usah pake mikir, dan ngga usah pakai hati. tapi belakangan lagi jenuh, trus coba cari-cari drama jepang sebagai gantinya.

malasnya nonton drama jepang, kalau ngga dark , ya ceritanya seringkali aneh. imajinasi orang2 jepang memang aneh. kalau mau agak aman,  nonton drama yang romance, tapi ya tetap..ngga semua berakhir bahagia, misal soredemo, ikite yuku. karena itu seringkali cari-cari referensi dulu sebelum memutuskan mau nonton j-dorama apa. sayang aja kalau sekian jam nonton, buntutnya ngga enak banget di hati, semacam rugi hahaha

dan setelah mencari-cari referensi, akhir pekan ini akhirnya nonton j-dorama : ouroboros.


Ouroboros sebenanrya adalah simbol, dimana ular/naga menggigit ekornya sendiri. dalam bahasa Yunani, "oura" diartikan sebagai ekor, dan "boros artinya makan. dan di film ini, ouroboros adalah pendant kalung dimana ada 2 naga yang memakan ekornya sendiri.

nonton drama ini sebenarnya karena ada Juri Ueno di situ, cewek ajaib yang selalu tampil beda di setiap dramanya. bentuk cewe dari Eita :D dan juga karena ada Oguri Shun, yang denger suaranya saja sudah pengen bikin buka baju, hahaha... ( aktor lain yang kayak gini tuh.. Choi Seung Hyun alias T.O.P nya bingbang dan Choi Jin Hyuk, omagah...suaranya bikin orgasme!)

back to ouroboros, ceritanya tentang ikuo (toma ikuta) dan danno tatsuya (oguri shun) , 2 anak panti asuhan yang 20 tahun kemudian berambisi untuk membalaskan kematian Yuiko-sensei , pengasuh mereka di pasti asuhan Mahoroba. Dalam perjalanannya, keduanya milih jalan yang berbeda. Ikuo sebagai polisi, dan Tatsuya sebagai yakuza, the underworld. Juri Ueno di sini berperan sebagai Mizuki Hibino, partner ikuo di kepolisian. awalnya konflik kematian Yuiko-sensei sepertinya sederhana, tapi ternyata setelah diusut berpusat pada organisasi kepolisian. pelik lah. dan seperti judulnya, ouroboros, upaya balas dendam 2 naga tersebut (ikuo & tatsuya) pada akhirnya justru menyakiti diri mereka sendiri. ooopps..bukan maksud spoiler, terlepas dari kisi-kisi di sini, drama ini sungguhlah worth to watch. untuk jalan ceritanya, aktor artis dna acting mereka dan segala keseruan & ketegangannya.

jepang memang paling jagoan untuk membuat konflik dan intrik, menghubungan tokoh-tokohnya dengan alur yang apik dan sangat natural. untuk urusan ini, korea masih jauh di bawahnya. head to head dengan drama korea sejenisnya, you're all surrounded, dari segi cerita ouroboros jauh di atasnya.  drama ini termasuk salah satu drama terbaik 2015, selain second love yang kalau ngga malas akan ditulis kemudian. :D

kalau soal cerita, j-dorama selalu punya plot twist yang kalau ngga bisa handle, bikin sakit hati nontonnya. hahaha. begitupun cerita ini. bagus, tapi endingnya ya gitu deh. jangan berharap banyak untuk akhir yang bahagia, karena memang banyak hal yang tidak berakhir baik, apalagi bahagia. seperti hidup...

Thursday, November 19, 2015

heart beat


konon, ketika sedang berolahraga, alih-alih mendengarkan musik, akan lebih baik jika mendengarkan badan kita sendiri.

tapi untuk pecinta lari yang masih newbie, saya kesulitan melakukannya. apalagi di awal-awal. bagaimana mungkin saya lari selama minimal 30menit, sambil bengong tidak ngapa-ngapain? akankah betah?

apa enaknya ?

apa enaknya, menjadi salah satu alasan kenapa musik adalah sesuatu yang wajib didengarkan ketika lari. selain membuat aktivitas lari lebih bisa dinikmati, --alih-alih mendengarkan nafas yang tersengal-sengal--, dengan tersumpalnya telinga saya, saya tak harus repot-repot meladeni basa-basi tetangga, cukuplah dengan "mari buuuu.." ketika menyapa atau mengangguk dan senyum ketika disapa. bahkan ketika kadang handphone saya ngadat dan musik mati, saya tetap pasang earphone untuk mengantisipasi basa-basi yang pastinya akan membuat saya lebih terengah-engah. :D

musik membantu irama jantung saya ketika berlari menjadi lebih stabil, dan juga membuat pace lebih cepat atau melambat, tergantung ritme lagu-lagu yang didengarkan.

lalu ketika menyoal musik untuk lari, sebenarnya selera saya itu-itu saja, ngga ada beda dengan musik yang saya dengarkan ketika galau, ketika sedang diburu deadline lalu perlu mencari mood, ketika dalam perjalanan, atau ketika sedang hujan. hahaha. ngga move on dari late 90s and early 2000. ngga move on dari indie, britpop dan folk atau ballad.

awalnya saya suka mendengarkan musik dari 8tracks , ngga usah bingung-bingung milihin lagu, tinggal pilih playlist yang sesuai mood and voila...tinggal lari. sekian bulan menggunakan 8tracks, saya hanya aktifkan 1 playlist untuk lari "i'm not hipster, i just like indie." yang lagu-lagunya pas banget dengan pace lari saya yang masih di angka 7 - 8 menit.

kebanyakan lagunya 2000an ke atas, alias lagu kekinian. lumayan bisa mengupdate vocabulary lagu-lagu yang sebelumnya berhenti di 90s. track pertamanya shut up and dance memang langsung bikin kaki semangat melangkah, ada juga cool kids atau geronimo. dan track favorit adalah hero-nya family of the year, yang seringkali didengerin pas sudah cooling down. playlist ini punya 89 lagu, jadi kalau lari 10K pun masih belum habis, hahaha.

tapi tapi, makin kesini 8tracks makin ngga sinkron sama nike+ , keduanya ngga bisa dijalankan di handphone yang makin uzur. lalu laripun menjadi sepi. biar semangat lagi, --dan biar nafas yang terengah-engah tertutupi--, akhirnya saya download beberapa album di lapak torrent (errrr....maaf yes!) kalau selama ini lebih suka dengerin dari playlist online, demi stabilitas lari,  cari-carilah di lapak copy-an. Dan inilah playlist saya hingga 1 tahunan lari :


dulu sempat ada death cab for cutie, tapi dengerin lagu mereka sambil lari kok bikin pikiran makin suram :))

jadi begitulah, berbulan-bulan sudah saya mendengarkan lagu yang itu-itu saja ketika lari. bukan lagu workout dengan beat tinggi yang membuat jantung berdetak lebih kencang. tapi lagu-lagu itu membuat lari menjadi lebih bisa dinikmati. sambil bengong-bengong, sambil bernostalgia ketika lagunya menghubungkan dengan sebuah peristiwa, atau sambil mengingat ingat, lagu ini dikenalin siapa ya? hahaha. lagu-lagu yang selain membuat bersemangat, juga menghadirkan rasa hangat.

sayangnya, 3 hari ini handphone uzur itu tiba-tiba mati. untunglah sebelum benar-benar mati, dia juga suka ngadat sampai playlistpun ngga keputar. jika itu terjadi dulu, saya bisa putar balik pulang ke rumah, atau sekalian batal lari. tapi lama-lama menjadi biasa, musik berhenti pas lari dan yasudah lah ya..

mungkin dengan matinya handphone dan raibnya album download-an itu,  sekarang saatnya benar-benar mendengarkan badan ketika olahraga. nafas yang terengah-engah, atau jantung yang berdetak kencang meski tidak sedang bernostalgia.. ^^

Monday, November 16, 2015

kenapa tidak lagi menulis?

masih menyoal kegigihan yang pernah saya tuliskan sebelumnya, pada suatu waktu saya pernah berbincang dengan teman blogger angkatan lama (hahaha...angkatan dimana blog masih jadi curahan hati dan menye-menye! :D )

waktu itu kami sedang berada di atas kapal cruise yang membawa kami ke pulau lembongan, bali. perjalanan yang diinisiasi oleh client tersebut memang ditujukan untuk blogger dan beberapa wartawan dari media cetak. melalui para blogger, client berharap bahwa potensi pangan lokal (sesuatu yang sesuai dengan value company si client..) sampai ke khalayak yang lebih luas, melalui media cetak dan blog. dan karena itulah teman blogger tersebut ada di perjalanan kali itu.

awalnya kami membicarakan tentang pekerjaan, tentang profesi blogger, hingga akhirnya kami membahas tentang saya dan blog. kenapa saya tidak ngeblog lagi.

"gimana ya, aku tuh menemukan kesulitan untuk menulis. aku tidak bisa menulis seperti dulu lagi, pun aku tidak menemukan sesuatu yang bisa kutuliskan dengan kondisi(ku) sekarang. maksudku, hidupku berubah, perjalanan juga berganti cerita. kalau aku disuruh menulis kayak dulu, aku ngga bisa. aku ngga lagi menemukan sense of menye-menye kayak dulu..." 

hahaha, itulah yang saya katakan padanya. MENYE-MENYE. bahasa blog jadul banget kan?!

padahal, mari kita bedah satu per satu kenapa saya tak lagi menulis.

pertama, karena saya sudah melewati fase menye-menye itu. perjalanan hidup saya berpindah ke fase yang jauh lebih stabil. keluarga, pekerjaan dan yang paling penting adalah perasaan. itulah yang menyebabkan saya susah untuk menulis seperti dulu.

tapi-tapi, banyak orang yang melakukan perjalanan hingga melalui beberapa fas,e tapi mereka tetap bisa menulis. nah, itulah yang saya coba asah lagi. toh tulisan tak melulu soal kegelisahan dan penderitaan kan ya?

alasan kedua adalah pekerjaan, ini yang paling sering menjadi kambing hitam. menulis untuk client, sampai lupa untuk menulis pada diri sendiri. sebelum menulis saya melakukan riset, mencari mood. tapi seringali saya menulis karena deadline makin dekat. sesuatu yang tidak pernah saya terapkan ke diri sendiri, hingga akhirnya saya memanjakan kemalasan saya untuk menjadi lebih peka, hingga akhirnya tumpul.

alasan ketiga adalah ketika era blog suda berubah. tidak hanya fase hidup saya, tapi blogpun sudha ngga jamannya lagi untuk emnjadi tempat curhat. beberapa menuliskan pengalaman traveling, resep masakan, review ini, review itu. dan saya, yang asalnya adalah suka curhat, mulai jauh tertinggal. saya tak terbiasa menuliskan sesuatu tanpa melibatkan perasaan, kecuali itu untuk pekerjaan. lalu lagi-lagi, kembali ke alasan kedua, blog ini terabaikan begitu saja.

keempat, distraksi sosial media. sigh. untuk alasan terakhir ini mungkin tak berlaku bagi semua orang, toh masih banyak tuh ornag yang aktif di twitter, tetap upload foto-foto di facebook dan instagram, curhat di path, tapi masih bisa tetap menulis di blognya. hanya saja, sosial media menjadi distraksi untuk saya yang minim multitasking ini. jika sudha nyampah di path, maka malas buat menuliskannya lebih panjang. atau jika sudah upload foto-foto perjalanan di facebook, maka malas kali untuk menuliskan rinciannya di blog. dan kalau sudah curhat colongan di caption instagram, maka pikiran menjadi lebih cepat lega sehingga yasudah semua berhenti saja di sana.

mungkin saya perlu lebih mengurangi aktivitas nyampah sedikit - sedikit dimana-mana itu, lebih banyak membaca, lalu menuliskanna di blog saja. mungkin saya akan mencobanya...

Thursday, November 12, 2015

kegigihan

hanya mereka yang gigihlah yang mencapai titik akhir, atau mencapai perjalanan yang lebih jauh.

tidak hanya menyoal lari, tapi segala sesuatu memang memerlukan kegigihan. anggaplah situ punya passion terhadap sesuatu, tapi jika tidak ada kegigihan alias kerja keras, sama saja bohong. kegigihan ini tidak selalu ditunjukkan dengan usaha yang maksimal, tapi bisa juga dengan kerja keras, atau konsistensi untuk melakukannya terus menerus. siapa bilang melakukan sesuatu terus menerus dalam waktu yang lama bukanlah sebuah kegigihan? justru kukira, kegigihan adalah yang bisa terus berjalan dengan waktu. dengan segala dinamika perjalanan yang ditemui, jika dia tetap melanjutkan perjalanan, itulah kegigihan.

jadi sebenarnya, tulisan ini tentang apa?

segala hal yang dipanjang-panjangkan ini sebenarnya adalah soal kegigihan orang-orang dalam menulis dan kegundahan saya yang sekian lama tidak menulis. kegundahan, yang sebenarnya adalah rasa iri yang ditutupi. iya, saya iri melihat orang-orang yang masih bisa menuliskan sesuatu di blognya. baik itu cerita perjalanan, atau lebih-lebih perjalanan pikiran.

tidakkah sangat mengasyikkan untuk terus bisa berfikir dan menuliskan pikiran itu?

beberapa tahun lalu, saya pernah menjalani yang demikian. pikiran yang peka untuk menangkap pertanda, pikiran yang liar untuk terus bertanya, dan kosa ata yang tentuya lebih kaya dari sekarang. lalu kemana itu semua sekarang?

terlalu sibuk menjadi alasan yang sepertinya membenarkan semuanya. dan menjadi permakluman untuk makin tidak peka. makin tidak menulis kecuali untuk keperluan pekerjaan. padahal, asal mula saya mendapatkan pekerjaan dengan menulis, adalah karena kepekaa saya untuk menulis di blog yang saya isi dengan cerita perjalanan dan perjalanan pikiran.

saya iri pada seseorang, yang masih saja menuliskan apapun,sepanjang atau sependek apapun di blognya, tanpa dibayar, tanpa ada kejelasan akan dibawa kemana. bukankah itu pula yang terjadi sekian tahun, pada blog ini?

karena itu kali ini saya pun harus mulai gigih lagi dengan komitmen ini, untuk menulis lagi. sebelum akhirnya saya benar-benar tidak peka, atau mati rasa.