Wednesday, July 26, 2006

tentang kematian perlahan

.....
aku mencintaimu, yah..mencintaimu, pada titik yang paling dalam. pada kesanggupan yang paling untuk mencintai...

lalu aku akan pergi mencari angin..yang membawa kabarku padamu, pada kesunyian senja dan pada liatnya malam. aku akan mengejar bayang yang mungkin tak pernah hadir disana, yang mungkin telah mencair, bersama dengan cinta kita yang dulu.. yang melumer dan menjadi satu, tenggelam dengan kebencian kebencian yang membusukkan hati kita, disela sela kenangan yang masih juga menyisakan manis..

sudahlah, kita memang saling mencinta.. tapi biarkan cinta begitu adanya, bukan senama ego, biarkan kita berujar tentang hati, dari hati kita, dan tentang hati kita.

dan aku tak memujanya..tak terbodohi olehnya, dan tak terkubur bersama bayang semunya, aku hanya mencintainya. tak usah kau pandang aku dengan kebodohan, karena cinta tidak pernah menjadi bodoh, atau hanya bodoh jika dilihat oleh orang orang tertentu yang dungu, tanpa aku maksud untuk menyertakanmu di dalamnya. aku tenggelam dalam cinta ku padanya, yang nanti, pada suatu senja yang menguning keemasan, akan membunuhku, dan meniadakan aku disitu..dibalik cahaya yang menghitam, seperti malam kelam, ketika kita tak lagi bersama dan cinta menjadi bayangan yang tolol..

lihatlah, bukalah matamu, dan terhenyaklah, karena disitu kau tidak ada, tidak pada bayang yang semu, tidak pada hitam, atau tidak juga pada senjanya yang telah menjadi ungu. kau disana, berdiam dibalik potret wanita yang menghiasi mimpi mimpi nya..

cinta tak pernah cukup berharga untukku, tidak juga untukmu, atau dia. lihatlah, aku tersenyum, tersenyum melihatmu dengan cintamu, dan dia dengan cintanya. lihatlah aku, aku akan tertawa dan menebarkan cinta, membuangnya berserakan seperti bintang yang menungguku diluar sana, mengabaikannya atau mengibaskan nya ke penjuru dunia, seperti debu. ya, aku akan mati dengan sunggingan..

-January 13 2005-
.....


saya tau, perubahan adalah milik keabadian.

tapi tetap, ada sedikit rasa ditinggalkan. seperti yang dibilang seorang teman, keterasingan itu seperti sebuah koin, satu sisi adalah keterasingan terhadap sekitar, dan sisi yang lain, adalah keterasingan terhadap diri sendiri.

saya senang, saya baik - baik saja beberapa bulan belakangan ini. tapi sepertinya, saya terlena terlalu lama. dan akhirnya kebahagiaan justru membunuh saya pelan - pelan. kegilaan menjadi hal yang tabu. menyedihkan.

melihat tulisan yang saya tulis awal taon kemaren, seperti sebuah tamparan. benarkah saya yang menulisnya? lalu saya berkaca. seorang perempuan, menjelang seperempat abad, berkemeja, dengan sepatu pantofel, celana khakhi, dan rapi.

apa yang salah?

tidak ada. tapi saya tak lagi menemukan apa - apa disana. wajah yang mencintai senja, menggemari pantai, ataupun yang sedang bercumbu dengan kenangan. tidak ada.

tidakpun luka. jadi, masih wajarkah jika saya mengeluhkannya?

konsistensi terhadap sesuatu, telah mematikan daya kreativitas saya. ya, rutinitas menjadi mesin pembunuh yang samar, tak pernah disadari keberadaannya, tapi memastikan saya semakin tiada. wtf...

4 comments:

Anonymous said...

kegiatan baru? kos baru? baju baru? sepatu baru? pacar baru oopppss yang terakhir ngga dink! bisakah semua itu menghilangkan jenuh?

:D :D

punya mata baru bu, it works fine with me ;)

Anonymous said...

Perlahan saja. Karena memang tidak perlu tergesa. Kalau setiap orang bisa menemukan satu saja keindahan dalam hidup ini untuk dinikmati, saya rasa tidak perlu ada lagi yang dikejar-kejar dan malah membuat waktu hidup mereka habis dengan cara seperti itu.

Maka perlahan saja, Kawan. Semua ada saatnya. :)

Anonymous said...

Sepertinya yang kamu perlukan sekarang adalah "pulang"
:)

*hug*

dewgf said...

^wink-wink^

sering bgt ngerasa gitu...
bener juga yg dibilang nananias, semua itu ga bs menghilangkan jenuh...