Monday, March 26, 2007

tentang satu babak

dan saya bukan dewi yang lahir di negeri dewa. saya bukan orang yang tidak mengenal kebencian, kemarahan ataupun kemurkaan. pun saya bukan orang yang tak mengenal rasa dendam, keserakahan, dan iri hati.

tapi bukankah hidup adalah taman bermain yang seharusnya menyenangkan? iya, seharusnya. ketika memikirkan bahwa segala sesuatu yang terjadi bisa saja tak lebih dari adegan dalam sebuah film. entah sebuah film romance, action, komedi, atau intrik psikologi. seperti yang seringkali diucap keponakan saya, si rani, ketika saya bersamanya menonton acara di salah satu stasiun televisi jumat lalu. satu acara yang memperlihatkan seorang banteng yang sedang menyeruduk peserta sebuah lomba. dan ketika saya mulai histeris, keponakan saya dengan tenangnya berkata, tante, itu khan hanya action, rekaman saja, jangan panik. meski sambil mengatakan hal itu, dia membalikkan muka membelakangi televisi. tapi setidaknya, dia jauh lebih tenang daripada saya, tantenya.

mungkin memang demikian harusnya menyikapi hidup, tidak usah panik. bukankah terkadang semua ini tak lebih dari rentetan babak yang akhirnya membentuk suatu cerita? entah kita sebagai sutradara, ataupun hanya lakon didalamnya. menyedihkan ketika saya seringkali berfikir, bahwa garis tanganpun bisa saya rubah. sedangkan di saat lainnya, saya hanya seperti debu yang berjalan mengikuti arus. ketika saya berfikir bahwa semuanya seharusnya baek - baek saja, sedangkan di saat lain, sayapun tak pernah punya kuasa untuk mengendalikan semua hal di luaran sana.

ya, karena saya bukan dewi yang lahir di negeri dewa. tak jarang terperosok pada dendam dan keirihatian. tak mampu memenuhi semua relung hati dengan cinta kasih untuk selalu menyayangi pun memberi. dan ketika segala hal tak sesuai dengan harapan, semua hanya menyisakan satu rasa yang membuat semuanya tampak salah. rasa lelah.

dan kepanikan, untuk menghadapi satu tikungan tajam di depan seharusnya tak berlebihan. pun ketika berada di dasar lembah terendahpun, tak harus lari terburu2 mengejar ketertinggalan. terdengar skeptis, ketika saya katakan, bukankah hidup hanya rentetan babak yang tak pernah kita sadari, apa peran kita di dalamnya, sebagai sutradara, ataukah lakon semata.

ah, saya bukan dewi yang lahir di negeri dewa. pun saya bukan mereka, yang hidup di nirwana. dan hidup saya, tak selalu tergambar indah seperti sebuah fatamorgana. seringkali saya terpental jauh keluar dari mimpi, meski tak pernah saya berhenti mencoba mempercayai. dan kadang lainnya, saya seringkali dihadapkan pada sebuah realita yang tidak saya suka. dan seandainya ini adalah satu adegan dalam filem dramatis psikologis, bisakah saya skip satu babak untuk melompat ke babak selanjutnya?

9 comments:

Anonymous said...

babak selanjutna? seperti apa dee, bukankah nantinya ada path yang sama yang musti juga dilalui...

lahir di negeri dewa ga bakal bikin kamu miss.baek2 saja, tapi nilaimulah yang membentuknya...

lavender said...

hahaha...bukankah sebagai seorang pemeran handal harus bisa melewati adegan tanpa *cut

Anonymous said...

*cut* itu perlu loh, apalagi kalo aku yang jadi sutradaranya. iseng maenin si artis, "cut cut cut, mana ekspresinya....???"
eh dee, rani ponakanmu lebih tenang ya? hmmmmm.....

Anonymous said...

dewi juga pernah bikin salah kok dew

Anonymous said...

pengen skip babak tertentu dalam hidupmu? yakin nih?

pernah nonton film 'click'? di situ adam sandler ( eh, sandler opo Ben stiller ya? lupa! ) punya remote yg bisa bikin dia 'skip' seperti yg kamu maksud. dia lewatkan part2 tertentu yg bikin dia marah, gak nyaman. tau endingnya? dia nyesel setengah mati, karena dia ternyata juga harus kehilangan moment2 indah yg seharusnya jadi bagian perjalanan hidupnya.

wah panjang amat komenku. satu postingan sendiri nih. rugi aku..hwehehehe...

Unknown said...

there is no perfect person in the real life

Anonymous said...

hiduo itu ngga bisa diloncat loncat kek lihat DVD...

hadapi saja, bukankah itu resikonya kalau manusia hidup.

MaIDeN said...

Keep trying and be yourself.

"dan seandainya ini adalah satu adegan dalam filem dramatis psikologis, bisakah saya skip satu babak untuk melompat ke babak selanjutnya?"

+MaIDeN,
Iya bisa. Tapi peran kamu di babak yang diskpi tadi jadi bukan kamu lagi.

me said...

berpikiran untuk *cut* asik asik sahaja.. tapi tidak untuk dirasakan, hanya sekedar ingin yang terucap tanpa harus terpenuhi..